"Buang saja supaya tidak mengganggu lagi!" Sahut beberapa warga.
"Sebaiknya jangan kita buang, kentongan itu sudah menjadi ikon RW 04. Bagaimana jika  kita suruh si Manto dan Pardi tidur di pos ronda? Jadi jika ada orang yang iseng, mereka  bisa langsung menangkapnya." Usul Pak RW.
Seluruh warga RW 04 setuju dengan usulan Pak RW. Demi mendapat gaji, Manto dan Pardi pun setuju meskipun dengan perasaan terpaksa.
Malam harinya, mereka tidur di pos ronda dengan beralaskan tikar. Di tengah malam, tiba-tiba kentongan itu berbunyi lagi. Namun anehnya, Manto dan Pardi tidak mendengar bunyi kentongan itu. Pak RW dan para warga kemudian datang lagi ke pos ronda itu dan menemukan mereka masih tertidur.
"Heh, Manto, Pardi, bangun! Masa kalian tidak dengar kentongan itu berbunyi lagi?" Tanya Pak RW.
"Hah? Bunyi lagi? Saya dari tadi tidak dengar suara apapun selain ngoroknya di Pardi." Jawab Manto yang masih mengantuk.
"Saya serius! Masa kalian tidak dengar? Tidak mungkin sedekat ini kalian tidak mendengar bunyi kentongan itu!" Seru Pak RW kebingungan dan sedikit takut.
Kejadian kentongan berbunyi itu kemudian terus berlanjut hingga 1 bulan lebih. Setiap malam pasti kentongan itu berbunyi lagi. Kejadian itu membuat warga geram dan meminta kebijakan dari Pak RW.
Sekarang rumah Pak Rw dipenuhi oleh para warga. Pak RW akhirnya mengambil tindakan.
"Baiklah, kentongan itu sementara saya simpan di rumah saya dulu."
Kentongan itu kemudian di bawa oleh Manto ke rumah Pak rw. Pak RW kemudian memasukkannya ke dalam sebuah peti yang ia kunci dengan 3 gembok. Kuncinya kemudian dibawa oleh Manto. Semua warga kemudian merasa tenang karena tidak akan ada yang membangunkan mereka tengah malam lagi.