Mohon tunggu...
Tyna Pane (Michelle)
Tyna Pane (Michelle) Mohon Tunggu... Novelis - Traveler, Writer, Fighter, Cooker

Ibu dari dua anak lelaki, asal Medan Sumatera Utara. Dalam dunia literasi saya menulis novel digital. Menulis cerita anak dan ensiklopedia anak. Bergabung dalam menulis buku antologi. Sebagai care giver untuk perempuan-perempuan patah.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Matahari Terbenam dengan May

8 Februari 2022   15:00 Diperbarui: 8 Februari 2022   15:32 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu dan dendam memang tidak mengenal teman. Sore mulai senja di desa yang sedikit jauh dari kota. Terdengar suara burung berkicau diiringi angin berembus. Daun-daun kering terbang tak tentu arah terbawa hamparan angin. Sore ini begitu indah, senja akan menampakkan keindahannya sebentar lagi.

"Kakak sudah mandi?" tanya Bu Santi pada gadis kecil itu.


"Nek, apakah benar Ibuku akan pulang hari ini? Perpisahan empat hari lagi, aku sudah tidak inginkan hadiah boneka lagi, Nek. Aku hanya butuh hadirnya di acara nanti," ucap gadis kecil itu lirih dengan mata yang mengembun.

"Almayra...! Ibumu sedang dalam perjalanan pulang, sabar yah," ucap Elena yang muncul dari arah dapur.

"Apa kamu menghubunginya? Apa memang benar dia akan pulang hari ini sesuai janjinya? Sudah dua tahun lebih kita terus dibohonginya. Sudah sampai di mana? Kenapa perjalanan begitu jauh? Bukankah kamu sering pergi dan pulang dari tempat yang sama hanya memakan waktu yang tidak lebih dari dua jam?" Bu Santi melontarkan sederet pertanyaan pada putri sulungnya Elena. Seakan ia ragu pada Nandini menantu kesayangannya itu.

Elena hanya mengangkat kedua bahunya lalu pergi meninggalkan Bu Santi yang masih penasaran. Orang yang melalukan kebohongan sekali, dua kali, tiga kali seperti itu masih bisa dimaafkan. Namun kalau sudah berkali-kali melakukan kebohongan yang disengaja. Mungkin itu sudah menjadi karakter seseorang. 

Sebelumnya keadaan dan kehidupan tidak seburuk saat ini. Berawal dari kepergian Ibu kandung Almayra yang tak jelas apa tujuannya itu, hati kedua anaknya menjadi korban.

Elena membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Tatapannya fokus pada langit-langit kamar. Pikirannya tentang Almayra membuat ia harus rela menerima iparnya kembali. 

Andini adalah isteri dari adik Elena. Ibu dari Almayra dan Alfatih. Andini pergi meninggalkan kedua anaknya beserta suaminya atas dasar paksaan orang tuanya. 

Tidak begitu jelas kebenarannya karena selama hampir tiga tahun Andini hanya menberi tahu alasannya lewat panggilan telepon.


"Sudah ada kabar?" tanya Kinan dari ambang pintu kamar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun