Mohon tunggu...
Tyas Tsani
Tyas Tsani Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Abstrak

Hanya melampiasakan keresahan dan ke galauan dalam kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jika Aku Sayyidina Ali, Kemudian Kau Fatimah Az Zahrah (Part 1-3)

6 Oktober 2019   22:07 Diperbarui: 6 Oktober 2019   22:10 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

        Saat itu aku menunggu temanku untuk pergi ke dapur bersama untuk menyantap sarapan pagi, aku menunggunya dekat rumah kyai karena kamarku tidak jauh dari sana. Lagi-lagi muncul membunuh penglihatanku, jilbab biru kali ini, dengan pakaian syar'I mengihias perhiasan paling indah di dunia dengan warna abu-abu, dan kuyakin masih matching dengan biru. Dan handshock berpita lucu itu manambah rasa bergetarnya jantung yang sedang akrobat di dalam. Kacamata yang agak bulat itu melengkapi kesempurnaan mahluk allah tersebut. "Astaghfirullah, lagi-lagi syahwat ini" ucapku pelan namun kesal, aku menggelengkan kepala sambil mengedipkan mata agar tersadar dari halusinasi buruk ini.

        Ustadzah Nazhiha Ramdhan, akrab dengan panggilan Ustadzah Nazhiha. Beliau satu angkatan denganku Di Pon-Pes Ar Raihan, hanya saja aku masuk ketika lulus SMP, sedangkan ustadzah Nazhiha semenjak lulus SD. Kemudian aku mengikuti program taksifiy. Program khusus lulusan SMP menuju SMA, yaitu satu tahun khusus mempelajari pelajaran pondok atau menyusul dengan kebut, kemudian tahun berikutnya baru aku mengikuti sekolah regular seperti umumnya dan akhirnya aku seangkatan dengan Ustadzah Nazhiha, meskipun tidak pernah sekelas. Ya karena di pondok kami ketika di kelas tidak digabung dengan santriwati.

         Beliau cukup polpuler di kalangan para asaatidz sebagai bahan perbincangan lelaki kepala dua, dan tidak sedikit yang naksir dengan beliau. Wajar untuk orang seperti dia, aku pun begitu haha.  Beliau untuk saat ini di percaya sebagai asisten pribadi kyai, oleh karena itu beliau selalu mondar-mandir menuju rumah kyai pemimpin pon-pes Ar Raihan.

          Aku mengaggumi beliau sejak lama, di sisi lain dari parasnya yang membuat kaum adam terpana juga dari akhlak nya yang begitu sopan dengan logat bicaranya yang khas melayu, karena tidak lain dia masih saudara sepupu dengan Umar, ketua kelas kepercayaanku. Yang membuat aku semakin tertarik karena ia seorang Hafizhah al qur'an, entah berapa Juz yang sudah di hafal Karena aku belum berani menanyakan keperibadiannya lebih dalam dan pada intinya dia selalu memegang Al qur'an kecil ketika duduk di teras rumah kyai.

         Apa gunanya diriku ini hanya seorang ustadz biasa yang jauh dari kata sholeh. Masalalu ku adalah seorang anggota band pemegang Gitar  dan vocal, mantan pacarku saja sudah lebih dari lima, memang dulu aku seorang playboy kelas kakap, oleh karena itu aku masuk pondok dengan harapan bisa mengikis kesalahan masalalu ku dulu dan Alhamdulillah semua telah kulalui dan membuang perlahan yang buruk. Selamat datang aku yang baru.

         Orang-orang biasa memanggilku Farih wildan, di pengabdianku yang pertama dan terakhir ini aku memegang amanah untuk melatih ekskul musik. Karena sudah pengalaman ku sejak SMP untuk memegang gitar dan bernyanyi. Dan aku mendapat kepercayaan untuk menjadi wali kelas padahal aku masih baru. Dari sepuluh lulusanku yang mengabdi hanya dua yang di amanahi sebagai wali kelas, termasuk aku, dan juga Daffa. Anak dari kyai Pon-pes Ar Raihan.

                                                                                                ***

                Beberapa minggu lagi Pon-pes akan merayakan ulang tahun yang ke 15 tahun, kepanitiaan pun terbentuk. Aku membuka Whatsapp karena terdengar suara notifikasi, spontan aku mengeceknya dan sudah kuduga. Grup kepanitiaan. Sie. Acara sudah menjadi langganan karena aku memang di percaya menyusun penampilan dan sebagainya, aku pun menjadi penanggung jawab seksi acara, lalu sebagai penanggung jawab aku mengecek anggota-anggotaku di grup itu. Di pertengahan scroll jempol ku terhenti dan terlihat kontak dengan poto profil kosong dan dengan nama yang begitu membuat ku bahagia bisa satu Sie. Dengannya. Ustadzah Nazhiha.

                Keesokan harinya para panitia berkumpul untuk rapat dan menyusun agenda yang besar ini dengan pimpinan. Lagi-lagi Pandanganku teralihkan lagi pada jilbab abu-abu untuk kali ini dan baju syar'I putih dengan renda-renda sederhana yang masuk keruangan dengan menunduk lalu duduk tepat setelah tiga orang dari samping kananku.

                Rapat di mulai, dan kini per seksi berkumpul untuk merundingkan acara bisa berjalan lancar. Untuk Sie. Acara aku memimpin diskusi di dalamnya. Dan sayangnya ustadzah Nazhiha berada di sampingku dan aku sulit untuk mencuri pandang. Ah sudahlah, ada waktunya.

                 Selesai rapat aku menunggu teman satu kamarku yang masih di dalam karena ada urusan yang belum selesai. Dan jilbab abu-abu yang tak asing itu pun lewat melintas di sampingku. Diluar dugaan ia berbalik dan bertanya "ustadz Farih, antum wali kelas Umar ya?" menyapaku dengan nada khas nya dengan senyuman yang membuatku menelan jakun ini. "oh iya, kebetulan Umar saya jadikan ketua kelas karena kelihatan bisa memimpin anak-anak yang lain hehe" jawab ku seakan aku sudah sangat akrab.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun