Kenakalan remaja, merupakan salah si anak? atau orang tua? Karena ternyata banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang tua yang seharusnya. Mereka hanya menyediakan materi dan sarana serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya. Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk memberikan contoh yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita melupakan sesuatu ketika berbicara masalah kenakalan remaja, yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari kenakalan seorang remaja selalu dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan yang jarang memperhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam hal ini orang. Orang  selalu menilai bahwa banyak kasus kenakalan remaja terjadi karena lingkungan pergaulan yang kurang baik, seperti pengaruh teman yang tidak benar, pengaruh media massa, sampai pada lemahnya iman seseorang.
Masalah yang timbul apabila tidak memenuhi tugas perkembangan remaja
Menurut Hurlock (1973) ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi tugas-tugas tersebut, yaitu :
- Masalah pribadi, yaitu masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik, penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai.
- Masalah khas remaja, yaitu masalah yang timbul akibat status yang tidak jelas pada remaja, seperti masalah pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban dibebankan oleh orangtua.
Remaja masa kini banyak sekali tekanan-tekanan yang mereka dapatkan, mulai dari perkembangan fisiologi, ditambah dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya serta perkembangan teknologi yang semakin pesat. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya masalah-masalah psikologis berupa gangguan penyesuaian diri atau perilaku yang mengakibatkan bentuk penyimpangan perilaku yang disebut kenakalan remaja.
Setelah diketahui penyebab terjadinya kenakalan remaja, maka ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi kenakalan remaja adalah :
- Kegagalan mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan. Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
- Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan point pertama.
- Kemauan orang tua untuk membenahi kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan nyaman bagi remaja.
- Remaja pandai memilih teman dan lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di komunitas mana remaja harus bergaul.
- Remaja membentuk ketahanan diri agar tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada tidak sesuai dengan harapan.
pendekatan behavioristik
A. Filosofi
Filosofi pendekatan behavioristik adalah empirisme; bahwa perilaku manusia ditentukan oleh lingkungan, bukan oleh faktor hereditas atau genetik. Ekstrimis behavioristik, Watson, mengemukakan statemennya demikian: "Berilah saya seribu bayi, saya sanggup menciptakan seribu tipe manusia. Anggapan dasar behavioristik adalah bahwa perilaku merupakan fungsi dari apa yang terjadi sebelumnya.Â
Pendekatan behavioristik menegaskan bahwa perilaku hanya dapat dijelaskan melalui hal-hal yang dapat diobservasi. Perilaku bukan merupakan proses mental yang  tidak kelihatan. Proses mental seperti berfikir, perasaan, dan motivasi, adalah sesuatu yang tersembunyi dan tidak dapat diobservasi; oleh karena itu teori behavioristik memandangnya sebagai materi yang tidak ilmiah. Â
Prinsip-prinsip untuk menjelaskan perilaku menurut teori behavioristik:
1.Perilaku dipengaruhi lingkungan
2.Belajar adalah hubungan antara kejadian-kejadian yang dapat diamati (hubungan S-R) melalui kondisioning
3.Belajar adalah perubahan perilaku
B. Ko
Pembentukan perilaku (belajar), menurut behavioristik, terjadi melalui pengkondisian. Ada dua jenis pengkondisian. Pengkondisian klasikal: UCS menghasilkan CS. Pengkondisian operan: konsekuensi dari perilaku akan meningkatkan atau menurunkan frekuensi munculnya perilaku tersebut pada waktu-waktu selanjutnya. Dalam belajar atau pengkondisian perilaku, pendekatan behavioristik bertujuan mengubah perilaku bermasalah ke perilaku sesuai harapan. Dalam proses kondisioning, pendekatan behavioristik menggunakan instrumen penguat (reinforcement) dan pelemah (punishment). Penguat terdiri dari penguat positif dan penguat negatif. Pada penguat positif, perilaku yang diharapkan terbentuk karena diikuti oleh stimulus yang menyenangkan. Misal: komentar positif guru (stimulus menyenangkan) akan menyemangati siswa dalam belajar matematika (siswa rajin belajar matematika). Penguat negatif membentuk perilaku yang diharapkan  karena siswa ingin menghindari stimulus yang tidak menyenangkan. Misal: Ibu tidak memberikan uang saku (stimulus tidak menyenangkan) kalau anaknya tidak rajin mengerjakan PR. Untuk mendapatkan uang saku maka anak rajin mengerjakan PR. Atau guru mengatakan:  Adi, kamu tidak boleh bergabung membuat poster  dengan teman-temanmu (stimulus tidak menyenangkan), sebelum kamu menyelesaikan tugas.
Beda antara penguat positif dan negatif: pada penguat positif, siswa berperilaku positif untuk mendapatkan stimulus yang menyenangkan; sedangkan pada penguat  negatif, siswa berperilaku positif untuk menghindari stimulus yang tidak menyenangkan.  Beda antara penguat negatif dan punishment: Penguat negatif adalah untuk mengembangkan perilaku yang diharapkan, sedangkan punishment adalah untuk menghilangkan perilaku yang tidak diharapkan. Agar penguat bekerja efektif, penguat harus diberikan segera setelah perilaku yang diharapkan muncul (prinsip kontingensi).
C. Mempertahankan perilaku yang diharapkan :Â
1.Melalui penguatan intrinsik. Caranya: sering melibatkan siswa pada kegiatan yang menyenangkan dan memberikan kepuasan dalam kaitannya dengan perilaku positif yang akan dipertahankan.
2.Penguatan intermitten. Seperti disebutkan bahwa perilaku yang diharapkan frekuensinya akan meningkat dengan cepat apabila diberi penguat setiap kali perilaku tersebut muncul. Apabila munculnya perilaku tersebut sudah teratur, maka pemberian penguat dikurangi, yaitu pada kondisi tertentu saja.
D. Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan:
1.Extinction. Jangan memberikan penguat apapun terhadap perilaku yang tidak diharapkan
2.Cueing. Menggunakan bahasa isyarat seperti kontak mata, menaikkan alis mata, mendekati meja siswa dan berhenti di sana sampai perilaku yang tak diharapkan berhenti.
3.Punishment. Ada pendapat bahwa hukuman tidak dapat menghentikan perilaku yang tidak diharapkan. Namun demikian kalau guru dapat menggunakan instrumen hukuman secara tepat maka hukuman tetap berguna.
Bentuk hukuman yang efektif:
1.Mencela secara verbal singkat, saat itu juga, tanpa emosi, suara rendah, langsung mendekati siswa
2.Memberi denda
3.memberikan konsekuensi logis
4.Time out, menempatkan siswa pada situasi yang membosankan
5.Mengasingkan siswa ditempat tertentu sampai waktu yang ditentukan
Bentuk hukuman tidak efektif:
1.Hukuman fisik
2.Hukuman psikologis
3.PR berlebihan
4.Skorsing
Penggunaan hukuman yang manusiawi:
1.Informasikan bahwa perilaku tertentu akan mendapat hukuman dan sebutkan bentuk hukumannya
2.Pemberian hukuman diikuti dengan konsekuensiÂ
3.Memberi hukuman secara personal
4.Memberi penjelasan bahwa perilaku yang mendapat hukuman adalah perilaku yang tidak bisa diterima
5.Tegaskan bahwa yang tidak bisa diterima bukanlah siswanya tapi perilakunya
6.Secara bersamaan ajarkan dan berikan penguat terhadap perilaku yang diharapkan
Yang harus dipedomani dalam memberikan hukuman:
1.Menghukum secara hemat, hanya dilakukan apabila sangat perlu
2.Menghukum harus jelas bagi anak; apa alasannya sehingga ia dihukumÂ
3.Hindari menghukum karena ketidakmampuan kognitif anak
4.Memberi cara alternatif bagi anak untuk mendapatkan penguat positif
5.Memberikan penguat terhadap perilaku yang belawanan dengan perilaku yang tidak diharapkanÂ
Dulu guru memberikan hukuman fisik, sekarang hukuman fisik tidak diperbolehkan karena dapat menyebabkan luka fisik, dan psikis (trauma). Selain itu kenyataan bahwa kekerasan hanya akan menghasilkan kekerasan. Hukuman dapat menimbulkan kecemasan, pemberontakan, rasa tidak aman, amarah, dan bahkan dendam. Bisa juga ngambek, atau malah jadi pahlawan diantara temannya, jadi hukuman sama sekali tidak efektif. Hukuman hanya mengajarkan kepada siswa bagaimana menghindari sesuatu dan bukan bagaimana mengembangkan perilaku yang positif. Bisa terjadi untuk menghindari hukuman membuat siswa bolos sekolah. Anak-anak yang dihukum mengalami kecemasan dan ketakutan serta gejolak emosi yang kuat; akibatnya mereka tidak dapat berkonsentrasi dalam mengikuti pelajaran, yang mungkin akan berlangsung lama.Â
E. Langkah-langkah pendekatan behavioral
1.menentukan masalah (perilaku yang tidak sesuai)---definisikan masalah
2.menentukan tujuan konseling, untuk apa!
3.mempertimbangkan alternatif-alternatif pemecahannyaÂ
4.memilih satu altrernatif
5.menentukan jadwal penguatan
6.perjanjian dengan klien akan melakukan alternatif itu dengan sistem penguat
7.pelaksanaan strategi/alternatif yang dipilih tadi
8.evaluasi
8.follow-up.Â
F. Macam-macam pendekatan behavioral:
1.Applied Behavior Analysis (ABA) (=modifikasi perilaku, terapi perilaku, managemen kontingensi). Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa problem-problem perilaku berasal dari situasi lingkungan masa lalu dan sekarang
Prosedur:Â
a.Jelaskan perilaku saat ini dan perilaku yang diharapkan secara jelasÂ
b.Kenali dan gunakan satu atau lebih penguat yang efektif
c.Buat rencana perlakuan dengan menggunakan penguat untuk membentuk perilaku yang diharapkan
d.Catat peningkatan frekuensi perilaku yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan
e.Pantau efektivitas perlakuan dengan melihat perubahan perilaku dari waktu ke waktu, jika perlu lakukan modifikasi perlakuan
f.Meminta siswa untuk mempraktekkan perilaku diharapkan yang sudah terbentuk ke berbagai situasi nyata
g.Secara bertahap hentikan perlakuan dengan menggunakan penguatan intermitten.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H