Jika kita lihat sisi baiknya, mengompos sebenarnya mengajarkan kita untuk kembali menghargai proses: bahwa tidak ada sesuatu yang instan. Bahkan mie instan sendiri membutuhkan waktu dan proses yang panjang hingga bisa dimasak dalam waktu kurang dari 3 menit.
2. Bau dan jijik
Mengompos identik dengan sampah. Hal ini yang menyebabkan bau menyengat dan hewan kecil menjijikan tidak bisa terhindarkan.
Semut, lalat, kaki seribu, dan lintah, adalah contoh hewan-hewan yang saya temui dalam mengompos. Belum lagi bau busuk, lengket, juga si tikus yang suka mengobrak-abrik tempat komposter, membuat saya ingin berteriak: AARRGHHH…
Namun setelah saya pelajari, kompos yang baik seharusnya tidak berbau dan tidak dihinggapi serangga.
Jika kompos mulai berbau menyengat, itu disebabkan sampah yang terlalu basah. Maka dari itu material coklat seperti daun-daun kering, tanah, atau cocopeat perlu ditambahkan. Bahan tersebut kaya akan unsur karbon sehingga bisa menyerap bau. Selain itu, bio aktivator juga ampuh untuk menyamarkan bau pembusukan.
Ketika kompos tidak becek dan tidak berbau, serangga seperti semut dan lalat pun akan hilang dengan sendirinya.
Namun jika kamu masih menemui hewan-hewan seperti siput dan cacing, biarkan saja. Mereka justru membantu untuk mempercepat proses penguraian.
Ibarat kata, don't judge a book by its cover. Meskipun kelihatannya jijik, jasa mereka sangat berharga lho bagi pengomposan.
3. Butuh lahan untuk penyimpanan
Dikarenakan prosesnya yang lama (satu bulan hingga satu tahun), mengompos membutuhkan lahan yang cukup besar untuk penyimpanan.