Bukan hanya itu, ada juga bonus spesial lho dari sang penulis yang merupakan penggemar kopi.
Ya, kamu akan mendapat sekantung bubuk kopi khas daerah Indonesia yang dipilihkan secara acak. Saya sendiri mendapat bubuk kopi arabika Sidikalang asal Sumatera Utara.
Namun sebagai makhluk yang hampir tidak pernah menyesap kopi, saya sebenarnya tidak terlalu antusias dengan bonus ini.
Saya bahkan sering bertanya-tanya mengapa minuman pahit ini digandrungi banyak orang?
Meski begitu, rasa penasaran terhadap kopi Sidikalang yang baru saya terima tidaklah luntur. Alhasil dengan sedikit rasa was-was (membayangkan pahitnya), saya memutuskan untuk menyeduh kopi ini.
Berbeda dengan kopi yang saya temui di pasaran, bubuk kopi Sidikalang yang tercetak label medium coarse ini ternyata lebih kasar sehingga tidak larut dalam air dan harus disaring. Namun dibalik itu, aromanya sangatlah khas dan wangi.
Sayang ketika mencicipi, rasa kopi tidak berubah. Ya, tetap pahit seperti biasa.
Saya jadi teringat kutipan Bu Elin, bahwa "dalam hidup kita punya pilihan untuk menjalaninya dengan bahagia, kesal, bosan, marah-marah, tapi tetap harus dijalani. Lalu kenapa kita tidak memilih untuk menjalaninya dengan bahagia dan semangat?"
Begitu juga dengan kopi. Rasa pahit kopi memang tidak akan berubah. Namun ketika kita bisa menikmatinya dengan cara lain, maka kita akan menemukan bahwa kopi memiliki aroma wangi yang sangat menenangkan.
Dengan "Segelas Kopi dan Segudang cCrita karier" dari Bu Elin yang saya tuntaskan di Minggu sore itu, hari Senin rasanya tidak sesuram yang sudah-sudah.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!