Mendengar nama penulisnya saja sudah membuat saya berdecak kagum, seorang presdir menulis buku?
Beliau pastilah bukan presdir biasa. Mengingat saya yang masih cungpret pun susah membagi waktu untuk menulis buku xixixi..
Alhasil tanpa pikir panjang, saya putuskan untuk mencheck-out buku Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier dalam peresmian perdananya kala itu.
Buat Apa Sungkan, Kalau Berujung Menyusahkan?
Ternyata keputusan saya yang serba was-wes-wos dalam membeli buku ini tidak saya sesali sama sekali.
Baru membaca bab pertama saja, Bu Elin sudah melakukan penamparan verbal terhadap imajinasi saya yang berharap atasan akan tahu apa yang saya inginkan.
Ya, atasan bukanlah cenayang. Bahkan kalau dipikir-pikir, bukankah kita juga sering kesulitan menebak isi hati dan pikiran sendiri? Lantas, bagaimana dengan orang lain?
Dalam buku "Segelas Kopi dan Segudang Cerita Karier", wanita kelahiran Riau ini benar-benar menegaskan tentang pentingnya komunikasi.
Jika kita ingin A, maka katakanlah A. Jika kita ingin B, katakan juga demikian.
Sayangnya di Indonesia, terutama budaya Jawa, banyak yang suka merasa sungkan. Sungkan pada teman karena takut dibilang "mencari muka", sungkan pada atasan karena merasa tidak pantas, dan lain sebagainya.