Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal "Amor Fati", Alasan Mengapa Kamu Harus Berhenti Misuh-misuh Mulai Saat Ini

25 Juli 2021   12:46 Diperbarui: 22 Mei 2022   15:48 2314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai makhluk yang penuh perhitungan, kita memang lebih mudah menerima kelebihan seseorang (kegantengannya, perhatiannya, traktirannya, dan seterusnya...), namun sulit sekali untuk beradaptasi dengan satu kekurangan.

Untungnya masing-masing dari kita memiliki seorang ibu. Yang hakikat mencintainya sepanjang jalan: tak terputus, tak terhingga, tak mengharap balasan.

Lalu, bagaimana cara mencintai takdir?

"Formula untuk keagungan manusia adalah amor fatiyaitu tidak ingin apa pun menjadi berbeda." -Friedrich Nietzsche

Mencintai takdir menurut Nietzsche sesederhana mencintai apa yang ada, tidak ingin apa pun menjadi berbeda. 

Jika harus terciprat lumpur hari ini, maka Nietzsche akan mensyukurinya. Karena ia yakin, cipratan lumpur adalah bagian dari takdir, sebuah siklus alam yang telah terjadi selama ribuan tahun.

Tapi masa sih kita harus mensyukuri keadaan baju kita yang bermotif baru karena lumpur?

Kata orang, cinta itu butuh proses. 

Kita nggak bisa ujug-ujug suka sama seseorang, apalagi mencintainya dengan sepenuh hati. Ada kebiasaan jahilnya yang kita adaptasi. Ada suara ngorok dan bau keteknya yang harus kita biasakan.

love meter | sumber: elements.envato.com
love meter | sumber: elements.envato.com

Begitu juga dengan Amor Fati. Sebelum mencintai takdir, kita harus belajar bahwa ada beberapa hal yang tidak bisa kendalikan dengan dikotomi kendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun