Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mengenal "Amor Fati", Alasan Mengapa Kamu Harus Berhenti Misuh-misuh Mulai Saat Ini

25 Juli 2021   12:46 Diperbarui: 22 Mei 2022   15:48 2314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai kelanjutannya, Filosofi Teras juga membawa saya untuk mengenal Amor Fati. Sebuah konsep yang dipublikasikan oleh Friedrich Nietzsche, seorang filsuf asal Jerman.

Ditinjau dari asal kata, Amor Fati terdiri dari dua suku kata. Amor dalam bahasa latin berarti cinta. Sedangkan Fati, yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai Fate, berarti takdir.

Dengan demikian, Amor Fati dapat diartikan sebagai cinta takdir alias mencintai takdir.

Amor Fati dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring | sumber: dokumentasi pribadi
Amor Fati dalam buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring | sumber: dokumentasi pribadi

Hakikat cinta dan mencintai

Duh... mencintai orang aja sering bermasalah, apalagi mencintai takdir!

Mencintai memang kerap menjadi perkara yang rumit. 

Karena mencintai berarti menerima segala kekurangan dan kelebihan si objek yang dicinta (lebih sering manusia), baik itu bau keteknya, kebiasaan ngupilnya, cantik atau gantengnya, baik hatinya, pokoknya segala-galanya deh!

Namun sebagaimana yang kita saksikan dan rasakan, untuk sampai ke tahap "nerimo" rasanya cukup sulit. 

Kamu bisa bilang: aku cinta kok sama dia. Tapi masih misuh-misuh ketika chat-mu lama dibalasnya atau inginmu tidak dikabulkannya (padahal dia sudah memberitahumu alasannya).

Baca juga: Mengenal Dikotomi Kendali, Alasan Mengapa Kamu Harus "Legowo" Terhadap Beberapa Hal

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun