Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Warga Bekasi. Bermukim dekat TPST Bantar Gebang. Sedang belajar mengurangi sampah dengan 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒐𝒎𝒑𝒐𝒔 dan 𝒅𝒊𝒆𝒕 𝒑𝒍𝒂𝒔𝒕𝒊𝒌. Yuk, bareng!

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

[Catatan Tepi] 99 Cerita dalam 1 Tahun Berkompasiana

4 Juli 2017   17:11 Diperbarui: 9 Juli 2017   22:54 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tanggal 4 Juli bukan hanya dirayakan oleh warga Amerika Serikat sebagai peringatan kemerdekaan, namun juga oleh saya pribadi. Karena tepat di tanggal ini, genap satu tahun sudah kapal saya berlayar di lautan penuh ombak, terumbu karang, dan angin kencang bernama Kompasiana.

Pertemuan saya dengan Kompasiana ini berawal dari ketidaksengajaan. Saat itu saya sedang berselancar di google untuk mencari sebuah puisi, dan sampailah kepada puisi yang seseorang tulis di Kompasiana. Saya pikir awalnya Kompasiana adalah versi online dari Koran Kompas. Namun karena banyaknya user yang memosting tulisan di sana, rasa ingin tahu saya membuncah untuk menelusurinya.

Media jurnalisme warga, begitu tutur Wikipedia. Dari sana, saya beranjak untuk mengetahui bagaimana cara kerja Kompasiana,bagaimana cara membuat akun di Kompasiana, dan bagaimana memosting tulisan di sana. Dan tepat di tanggal ini, setahun yang lalu, saya resmi menyandang status sebagai Kompasianer.

screenshot-2017-07-04-02-08-15-595b6a6993513519be6804d2.png
screenshot-2017-07-04-02-08-15-595b6a6993513519be6804d2.png
Tulisan pertama yang saya posting di Kompasiana adalah cerpen berjudul Gadis Dalam Kereta pada 6 Juli 2016. Saat itu, saya berpikir Kompasiana seperti media online lainnya: posting dan selesai, maka tidak saya akses lagi website ini sampai beberapa hari kemudian. Hingga pada 15 Juli secara kebetulan kembali masuk ke Kompasiana. Untunglah saya masih menyimpan email dan passwordnya. Kalau tidak, mungkin saya tidak pernah memposting tulisan ini. (mellow mode on)

Saya tertarik karena di sini saya bisa mengetahui berapa kali suatu artikel dibaca, divote,maupun di komentari. Semakin tertarik lagi karena ada sekitar 4 orang yang memberi vote menarik dan berkomentar di cerpen saya. Saya mulai rajin menulis sejak saat itu, rajin juga mengunjungi lapak penulis lain yang "sangat ramai" di rubrik Fiksiana. Satu pertanyaan yang terbesit di benak saya adalah: apakah mereka sudah saling kenal?

Keakraban, candaan, dan saling berbalas sapaan membuat saya menyimpulkan bahwa Kompasiana bukan hanya media jurnalisme warga, namun juga media untuk berhubungan dan menciptakan suasana persaudaraan: sharing, connecting.

Saya mengenal apa arti dari highlight, headline, maupun hanya lewat. Keinginan terpampang di halaman utama akhirnya dapat terwujud di tanggal 26 Agustus 2016 ketika cerpen saya yang berjudul Balada Churros mendapat label headline.

first headline - dokpri
first headline - dokpri
Entah berlebihan atau tidak, tapi saya seringkali men-sreenshot artikel atau fiksi saya yang mendapat label tersebut. Ada kebahagiaan semu yang saya realisasikan dengan senyam-senyum sendiri di depan laptop. Sesekali ibu saya bertanya: "kenapa kak?" Tetapi lagi-lagi saya membalasnya dengan tersenyum.

Nggak sanggup berkata-kata rasanya. Spechless bro!

Saya baru merasakan efek mendapat label headline dari Kompasiana itu lebih dahsyat daripada menerima chat dari mantan. Eh. Lho?

kompasianival
kompasianival
Pengembaraan saya di Kompasiana mengantarkan saya untuk mendatangi acara kopi darat terbesarnya, ya, Kompasianival. Keberadaan saya yang masih seumur jagung itu membuat saya tidak tahu harus mengobrol atau berkumpul dengan siapa. Untunglah waktu itu teman saya dengan sukarela menemani ke sana kemari untuk hunting poto hihi..

Saat melihat ramainya acara ini, saya hanya bisa berkata: Kompasiana itu real. Kompasianer itu real. Dunia maya itu sungguh benar-benar ada.

Namun keberanian saya tak sampai untuk menyapa mereka seperti di dunia maya. Alhasil saat itu saya hanya mengamati, sambil menyapa dalam hati. Derita anak berbau kencur, hiks.

i can do it - beckyringlersblog.com
i can do it - beckyringlersblog.com
Kompasiana telah menghidupkan semangat menulis saya yang telah redup semenjak duduk di bangku kuliah. Slogan "one-day-one-article"  yang didengungkan beberapa Kompasianer telah memotivasi saya untuk rajin menulis. (walau kualifikasi ini turun menjadi one week one article, dan akhirnya one you remember, one article)

Saya yang tadinya hanya bisa membuat karangan fiksi, sekarang dapat merambah ke tulisan yang lebih ilmiah, semisal artikel. Dan yang tadinya hanya dapat berkubang di Fiksiana, kini saya dapat mencicipi sensasi menulis di rubrik Wisata, Tekno, ataupun Lifestyle.

Besar harapan saya supaya Kompasiana menghadirkan rubrik Sains. Sebagai pecinta astronomi, rasanya kurang tepat untuk memasukan artikel tentang astronomi di rubrik Tekno-yang berfokus pada masalah teknologi dan perkembangannya.

freeiconspng.com
freeiconspng.com
Seperti lautan yang penuh dengan asam-garam kehidupan, Kompasianapun serupa. Konon katanya error merupakan suatu hal yang tak bisa terlepas dari Kompasiana. Maka dari itu rasanya aseeeeem banget kalau permasalahan susah log-in melanda. Eh, saat sudah bisa log-in, akun saya justru berubah menjadi akun orang lain, lalu saat tombol vote dan komentar hilang, saat jumlah pembaca berkurang, saat gagal memposting tulisan, saat mengakses artikel justru kembali ke halaman depan dan lain hal.

Tapi entah mengapa, permasalahan error itu sudah bisa dimaklumi oleh hampir seluruh Kompasianer. Buktinya, masih banyak yang betah menulis di blog keroyokan ini. Karena, berharap Kompasiana tanpa error adalah berharap bisa memakan buah khuldi di surga. Imposibleeee.

Meski begitu, jika ada hal yang ingin saya katakan itu adalah terima kasih, Kompasianaaaaaa...

Mungkin ada yang bertanya mengapa saya tidak menggenapkan tulisan menjadi 100 di satu tahun berkompasiana. Saya hanya tidak ingin kisah ini menjadi genap, lengkap, dan dengan begitu selesai. Saya ingin perjalanan satu tahun di Kompasiana ini menjadi potongan yang dapat saya lengkapi di tahun ke dua, ke tiga, ke empat, bahkan seterusnya.

Happy Fourth of July. So happy being Kompasianer.

Tutut Setyorinie, 4 Juli 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun