Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Tak Seharusnya Cinta

25 Desember 2016   21:42 Diperbarui: 28 Desember 2016   10:18 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan sekarang ia membubuhkan satu sosok lagi dalam sketsa itu. Yang tak kusangka-sangka adalah sosokku.

“Ibu akan marah, kalau kamu nggak ada di sketsa indah ini,” katamu sambil terus menggoreskan pensilmu ke atas kertas itu.

Air mataku kembali menggantung di pelupuknya.

Sosok tegap itu tersenyum. Matanya terpancang jauh ke dalam sketsa. Tapi aku tahu, siapa yang benar-benar dilihatnya. Dan siapa pula yang benar-benar dirinduinya.

Aku seharusnya bersyukur bisa memiliki Ibu. Karena dengan Ibu, aku dapat mengenal sosok tegap itu. Karena dengan Ibu, lelaki itu merelakan waktunya untuk merawatku. Dan karena Ibu pula, aku bisa bersama dalam waktu yang lama dengan sosok lelaki yang kucinta seumur hidup.

Aku tahu, cinta dari seorang anak buangan tak sepantasnya dibalas. Karena selamanya, hanya Ibu, dan selalu Ibu, yang terpatri abadi dalam hatinya.

Catatan kecil di malam pergantian umur—menuju 19 tahun.

24-25 Desember 2016.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun