Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

[Cerpen] Dibunuh Sepi

18 Desember 2016   13:13 Diperbarui: 18 Desember 2016   15:23 1013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebulan kulewati dalam rumah. Aku kecewa. Sebegitu kecewanya hingga kusalahkan semua orang. Bahkan kusalahkan hujan yang tak datang, hingga hari perpisahan itu berjalan lancar. Bahkan kusalahkan metromini yang datang tepat waktu, hingga aku tak bisa tertahan dulu.

Lalu sampailah saat nyanyian sunyi mulai merongrong hati. Suara sepi mulai memenuhi diri. Dan gaung-gaung senyap menggerogoti napas.  Aku lelah. Mungkin sudah saatnya aku menyerah pada alur kehidupan. Jangan salahkan aku. Salahkanlah dia. Dan sejuta keraguannya. Dan… sepi, bunuh saja aku. Aku menyerah padamu.

Pintu itu terbuka.

Akhirnya aku bisa menghirup udara. Selama beberapa detik belakangan, aku hampir lupa bagaimana caranya bernapas. Pintu ini bukan hanya menawarkan udara untukku, ia menawarkan kehidupan baru. Aku berdamai padamu. Ya, padamu sepi.

Aku tahu kehidupan selalu baik adanya. Hanya terkadang aku yang tak selalu menerima baik semuanya. Terima kasih, cahaya. Terima kasih, sepi. Terima kasih, kamu. Kini aku tahu, bahwa cara keluar dari sebuah permasalahan hanya satu: berdamai dengan dirimu.

Di sela-sela weekend yang sempit, 18 Januari 2016 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun