“Aku percaya diri. Aku kembali ke desa Makasari dengan wajah baru. Rahayu yang benar-benar ayu. Rahayu yang dikagumi seluruh pemuda. Rahayu yang sempurna.”
“Banyak orang berkata kalau aku pendiam. Namun sejatinya, aku memang tak mempunyai suara. Aku bersyukur tak ada orang yang mencurigainya. Tapi ini hanyalah sebuah pertukaran sementara. Pada purnama ke seribu, Nyi Dasimah akan menemuiku lagi dan mengambil apa yang memang menjadi miliknya.”
Podan sekarang terkesiap.
“Kuharap kau tak kaget, mas, ketika kau temukan wanita buruk yang sedang terduduk di sebelahmu.”
Podan melirik ke kanan. Yang tadinya tak tampak, sekarang menjadi begitu jelas. Seorang wanita berkulit hitam dengan wajah mengerikan sedang terduduk di sana.
Bibirnya bergerak. Matanya yang sayu menatap Podan dengan pandangan lugu.
“Karena ini aku. Istrimu. Sri Rahayu.”
***
24 Oktober 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H