Darah Karmadi bercucuran. Bau anyir tiba-tiba memenuhi ruangan. Sedangkan Rika tertawa. Tawanya begitu keras hingga menggema di dinding-dinding rumah yang catnya mulai mengelupas.
“Akhirnya, kita bisa hidup bersama lagi, Mas. Ups, hidup! Hidup di dunia ke dua maksudku,” bisik Rika sambil membelai wajah Karmadi yang terpisah dari tubuhnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!