Mohon tunggu...
Tutut Setyorinie
Tutut Setyorinie Mohon Tunggu... Lainnya - Pegiat Lingkungan

Sedang belajar mengompos, yuk bareng!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Fiksi Horor dan Misteri] Dimana Kau Buang Mayatku?

28 September 2016   07:53 Diperbarui: 28 September 2016   08:01 835
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karmadi bergerak gelisah dalam tidurnya. Mungkin ia sedang diserang lagi oleh para penagih hutang dalam mimpi. Karena air mukanya persis sama ketika ia sedang ditagih hutang oleh depkoletor.

Karmadi adalah pria muda yang usianya baru menginjak tiga puluhan. Ia terkenal gemar berhutang dan tak akan membayarnya kalau bisa. Sampai-sampai warga kampung cipete punya panggilan tersendiri bila Karmadi lewat depan rumah mereka.

“Eh, ada si tukang ngutang… Cepat tutup pintu sebelum si tukang ngutang itu masuk… Gaya sekali cara bicaranya si tukang ngutang itu…”

Si tukang ngutang adalah panggilan Karmadi sehari-hari. Tapi Karmadi tampaknya tak terlalu meresahkan akan hal itu. Ia malah terkesan bangga akan gelar yang telah diraihnya.

“Mas…” Sebuah suara membangunkan Karmadi dari mimpi indahnya. Ia mengerjap kebingungan sambil mencari darimana suara nan lembut itu berasal.

Dan setelah dua kali berputar, akhirnya Karmadi menemukan. Di sana. Berdiri seorang wanita cantik berambut panjang yang dibiarkannya tergerai hingga ke pinggang. Dahi Karmadi langsung berkedut kencang. Garis wajahnya menegang. Dan tampaknya tubuhnya langsung kehilangan keseimbangan. “Rika…”

Rika adalah istri Karmadi. Ia perempuan dua puluh lima tahun yang baru dinikahi Karmadi tiga bulan lalu. Tepatnya setelah salat idul fitri berlangsung. Sebagian warga percaya bahwa Rika telah diguna-gunai oleh Karmadi. Bagaimana mungkin, wanita normal, cantik, solehah dan berpendidikan mau dinikahi oleh pemuda yang urak-urak, tak begitu tampan dan gemar berhutang. Rumor itu terus berkembang sehingga menjadi sebuah kepercayaan. Itu cukup membuat setiap pasang mata yang melihat Rika menatapnya dengan kasihan.

“Kamu kok ada di sini, Rik?” Karmadi bertanya gugup. Diremasnya kedua tangannya kuat-kuat. Dan digemertakan giginya yang berderet putih kekuningan.

Rika tersenyum. Matanya mengedip ramah. “Aku hanya ingin menanyakan sesuatu padamu.”

Karmadi gemetaran di tempatnya. Pandang matanya berpindah-pindah antara pintu dan jendela. “Ta.. tanya apa, Rik?”

Rika mendekat. Wajah Karmadi berubah pucat. Wanita itu lalu berputar, hingga rambut panjangnya mengibas indah. Lalu jemari tangannya yang panjang menelungkup di telinga Karmadi, ia berbisik, “dimana kau buang mayatku, Mas?”

Karmadi benar-benar kehilangan keseimbangan. Ia sampai harus berpegangan pada kayu penyangga tempat tidur supaya bisa tetap berdiri. Napasnya bergemuruh. Detak jantungnya bertalu-talu. Ia ingin sekali pergi. Pergi kemana saja asal menjauh dari Rika.

Tapi kemanapun ia melangkah, bayangan Rika selalu mengikutinya dengan amarah. Akhirnya Karmadi pasrah dan tertekuk lagi di tempatnya dengan wajah merana. “Hari sudah malam waktu itu, Rik. Aku sedang mabuk. Aku tak ingat lagi ke mana persisnya kuberjalan.”

Rika diam mendengarkan. Di akhir kalimat ia tersenyum. Senyum yang lebih mirip seringaian. Seringai dingin dan mematikan. Karmadi bergidik ngeri. “Aku akan terus ke sini, mas. Sampai kau temukan mayatku. Dan kau kuburkan dengan semestinya.”

Rika mendadak lenyap. Meninggalkan Karmadi yang sibuk menghapus keringat dinginnya yang bercucuran dengan tangan gemetar.

Kematian Rika terjadi seminggu yang lalu. Tepatnya pada jumat kliwon tanggal dua puluh satu. Karmadi mengumumkan kepada warga bahwa Rika meninggal dalam kecelakaan beruntun dan mobilnya jatuh ke jurang. Dan hingga kini polisi masih berusaha mencari mayatnya sehingga tak ada upacara pemakaman yang berlangsung semestinya.

Tapi yang benar adalah Karmadi menjual Rika kepada para penagih utang. Rika yang cantik dan langsing menjadi bayaran yang menarik bagi utang-utang Karmadi yang menumpuk selama setahun ini. Dan Rika berakhir mengenaskan. Wajahnya sepucat pualam setelah dijamah empat orang sekaligus. Ia tak sadarkan diri.

Karmadi mulai ketakutan. Ia bukannya takut Rika akan mati. Tapi lebih takut ketika Rika nantinya bangun dan membeberkan kebejatannya kepada semua orang. Maka dari itu, dengan keadaan mabuk berat, Karmadi mengabisi Rika dengan sekali tebasan pisau di lehernya. Kepala Rika terlepas dari tubuhnya. Dan Karmadi akhirnya menyeret mayat itu ke sebuah rumah tua di sudut jalan untuk menyembunyikan keberadan Rika untuk selamanya.

Dan di sinilah Karmadi berada. Setelah mengalami mimpi buruk berkali-kali dengan kedatangan Rika, akhirnya Karmadi menyerah. Ia memutuskan untuk mencari rumah tua itu dan membopong mayat Rika ke tempat yang seharusnya.

Setelah memastikan tak ada orang, Karmadi langsung memasuki rumah tua itu. Ia percepat langkahnya untuk menghampiri bungkusan hitam yang jum’at lalu ia isi dengan mayat Rika yang sudah terbelah dua.

Dan betapa terkejutnya Karmadi ketika yang dilihatnya dalam bungkusan hitam itu bukan mayat Rika. Melainkan mayatnya sendiri—dengan kondisi sama. Kepala terpisah dari tubuhnya.

Karmadi gemetar dari ujung kepala hingga ujung kaki. Ia bahkan tak sadar bahwa tangan kanannya kini sedang menggenggam sebuah pisau tajam yang mengkilat-kilat. Dan dengan sekali tebasan, Karmadi menghantam sendiri pisaunya ke batang lehernya yang menegang.

Darah Karmadi bercucuran. Bau anyir tiba-tiba memenuhi ruangan. Sedangkan Rika tertawa. Tawanya begitu keras hingga menggema di dinding-dinding rumah yang catnya mulai mengelupas.

“Akhirnya, kita bisa hidup bersama lagi, Mas. Ups, hidup! Hidup di dunia ke dua maksudku,” bisik Rika sambil membelai wajah Karmadi yang terpisah dari tubuhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun