Walau itu sebuah senyuman.
Walau itu sebuah kepalsuan.
Tetapi kadang, tersenyum palsu lebih baik dari pada menunjukan bahwa aku ringkih.
Bahwa aku rapuh.
Tiba-tiba kata ‘seandainya’ menjadi harapan dalam keterpurukan.
Seandainya.. aku memiliki hidup yang sempurna.
Seandainya.. aku memiliki senyum yang tulus bahagia.
Seandainya..
Seandainya..
Tanpa sadar kalau kata ‘seandainya’ membuatku mati perlahan.
Mungkin ada saatnya aku lelah untuk tersenyum.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!