Cendana tak mengerti mengapa petugas masih mematung di hadapannya, ia memutuskan untuk turun, namun petugas itu malah menarik tangannya sambil berkata, “Tunggu.”
Sang petugas berseragam biru lengkap dengan topi putih berlambang walka itu lalu mengeluarkan secarik amplop mungil yang dihias tanda cinta di bagian ujungnya. Ia juga menyelipkan setangkai mawar merah. Mawar kesukaan Cendana.
Cendana terlalu kaget untuk bereaksi. Selama beberapa detik pandangannya menancap pada amplop dan mawar merah itu. Lalu pandangannya bergulir ke atas. Ke arah sang pemberi. Lelaki itu mengangguk. Beberapa penumpang kereta yang belum turun memilih menyaksikan kejadian itu dengan seksama. Cendana mulai merasakan pandangan mereka yang tertuju padanya dengan sangat serius. Keretapun seakan mendukung suasana kala ini dengan berhenti sedikit lebih lama di Stasiun Duri. Alam membiarkan semuanya selesai sekarang juga.
Cendana berusaha mengalihkan pandangan orang-orang selain untuk tertuju padanya. Tetapi ia tahu usahanya akan gagal. Pandangan mereka tak akan berhenti sampai dirinya mengambil sebuah keputusan. Menerima. Atau menolak pemberian itu.
Dengan menarik napas dalam, akhirnya gadis itu memutuskan untuk menerima. Ia meraih surat mungil dan mawar itu dengan gemetar pelan.
Cendana tersenyum. Kereta begitu banyak menyimpan rahasia tentang dirinya. Rahasia amarahnya. Rahasia bangganya. Rahasia pedihnya. Rahasia kecewanya.
Dan kini, mungkinkah kereta juga akan menyimpan rahasia cintanya.
-selesai-