Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Sepak Bola dan Emosi Bangsa Pascakolonial

11 September 2024   12:05 Diperbarui: 11 September 2024   14:02 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kiper Timnas Indonesia Maarten Paes saat menggagalkan serangan Australia. (CNNIndonesia.com/Adhi Wicaksono)

Bukanlah sepak bola itu sendiri yang (bisa) bikin emosi kita mendayu-dayu.

Tadi malam, sejatinya, kita melihat timnas yang ngeselin. Performa mereka, sebagai kolektivitas, tidak seimpresif saat memaksa hasil imbang dengan Arab Saudi yang dilatih oleh Roberto Mancini. 

Mancini bukan saja berhasil membuat Italia ke puncak penguasa Eropa. Mantan pemain Sampdoria juga pelatih Man City sebelum rezim Pep Guardiola ini adalah figur kunci dari transisi Italia kepada sepak bola menyerang. Meninggalkan pelan-pelan gaya catenaccio yang membosankan. 

Atau mungkin lebih tepatnya, pendekatan Roberto Mancini sukses memberi filosofi yang lebih segar kepada sepak bola Italia. Saat bersamaan, klub-klub Serie A adalah semenjana Eropa, tak pernah lagi memenangkan Liga Champion.

Tentu saja, Arab Saudi bukanlah Italia dalam segala hal. 

Dan, timnas kali ini pun sama statusnya. Mereka berbeda dalam banyak hal dengan yang sudah-sudah: anak-anak muda, kebanyakan di bermain di luar negeri, dan dilatih orang Korea Selatan.

Di Saudi, anak-anak muda beragam asal-usul ini bermain solid. 

Dalam bertahan, tak banyak celah yang bisa dieksploitasi. Sementara saat menyerang, mereka lebih taktis (penguasan bola cuma 30% dengan jumlah operan 313 kali) dan tak memainkan long passing yang lebih mirip sepak bola mati akal. 

Di GBK yang riuh dengan 80ribuan pemuja yang bangga, performa yang sama tak lagi mengada. 

Australia yang dikalahkan Bahrain (yang kelasnya sudah selevel timnas kita) tampil dominan. Indonesia terkurung dimana-mana, operan pendek taktisnya mati gaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun