Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Book Artikel Utama

"Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong", Apa yang Kita Baca?

21 Agustus 2024   19:44 Diperbarui: 22 Agustus 2024   09:40 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Courtesy of Gramedia Pustaka Utama 

Sato Reang, nama sang tokoh utama. Ia tengah tumbuh sebagai remaja laki-laki dengan pembangkangan terhadap adab kebiasaan lama masyarakat. Adab yang menjaga kesalehan individu sehari-hari. Adab semacam ini dikontrol ketat dan keras kehadiran ayahnya. 

Lambat laun, kesalehan yang dikontrol dengan hukuman fisik ini berkembang selayaknya penjara. Terlebih-lebih bagi keinginan-keinginan seorang remaja. Keinginan bermain sepak bola tanpa peduli azan magrib. Bermain di kali tanpa khawatir ayahnya akan datang dengan sebatang rotan.

Pada dasarnya, pusat konfliknya adalah, Sato Reang memendam kehendak untuk bebas dari pengawasan dan pendisiplinan sang ayah sebagai simbol dari adab lama. 

Di saat yang bersamaan, kebiasaan sehari-hari sang ayah telah berkembang menjadi standar moral yang digunakan tetangganya untuk mengevaluasi Sato Reang. Apalagi ketika ayahnya sudah wafat, orang-orang menginginkan dirinya meneruskan jejak kebiasaan dan keteladanan sang ayah. 

Juga di sekolah (baca: institusi di luar keluarga yang berfungsi menginternalisasi nilai-nilai di masyarakat), Sato Reang mesti berjumpa dengan Jamal, remaja seumuran yang tertib dan saleh. Di tengah kemuakkannya, kehadiran Jamal seolah-olah mewakili tatapan mengawasi sang ayah. 

Sato Reang pun memendam kebencian yang intens di sanubari terdalam batinnya. Ditambah lagi, beberapa momen traumatik pernah dititipkan ayahnya semasa hidup.

Yang tak kalah penting disadari adalah konteks sehari-hari yang membentuk pergaulan dan cara pandang Sato Reang bukanlah dunia yang terdigitalisasi, tidak mewakili kenyataan Gen Z dan generasi seterusnya. 

Pembangkangan Sato Raeng dan kawanannya bukan tanpa tumbal. Jamal yang saleh dan pendiam seketika berubah menjadi remaja yang "rusak" karena tekanan kelompok sebaya. Kisah ini lantas dititip dengan kematian Jamal yang mendadak dan getir.

Apa yang bisa bisa disimpulkan sejauh ini? 

Kesan paling awal adalah berbeda dengan novel-novel Eka sebelumnya, Anjing Mengeong, Kucing Menggonggong adalah kisah yang (jauh lebih) sederhana. 

Pada Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (2014), misalnya, kita membaca kelindan banyak karakter, tak sebatas Ajo Kawir dan Iteung. Jalinan itu diperkaya lagi oleh interaksi tema yang membentuk tubuh cerita. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun