Kedua, sebagai sebuah pergeseran filosofi sepakbola yang sebelumnya sempat diuji oleh Maurizio Sarri dan Andrea Pirlo namun tak berlangsung lama. Kegagalan ujicoba dan opsi kembali pada konservatisme--dengan memulangkan lagi Allegri-- itu terjadi sebelum kedatangan Cristiano Giuntoli. Direktur Olahraga dan otak di balik sukses Napoli di musim 2022/2023.
Ketiga, tentu saja, transisi ini penting sebagai momentum mengorbitkan pelatih muda dengan kultur Italia yang berakar kuat.Â
Di titik ini, Thiago Motta jelas bukan satu-satunya. Kita tahu ada Simone Inzaghi atau Roberto De Zerbi yang model sepakbola atraktifnya diincar klub-klub besar Eropa.Â
Ini sekaligus mewakili pertumbuhan angkatan baru di Italia, sesudah era Marcello Lippi, Fabio Capello, Carlo Ancelotti, sekadar menyebut beberapa nama top dari Serie A.
Dalam konfigurasi transisi yang semacam inilah, kedatangan Thiago Motta bukan sembarang perpindahan.Â
Sekurangnya di kepala saya sekaligus menjadi alasan kuat mengapa menyaksikan perubahan Juventus di musim depan adalah sebuah episode yang menarik.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H