Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan - | brontoaji19@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Suatu Pagi di Pasar Ngasem, Yogyakarta

22 Mei 2024   16:01 Diperbarui: 23 Mei 2024   06:53 4894
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang Pasar Ngasem, Yogyakarta | Dok: S Aji

Pagi itu, langit Yogya biru dan cerah. Saya baru saja tiba di Stasiun Tugu sesudah perjalanan dari Kaliurang.

Tak lama berselang, adik lelaki tiba dan kami bergerak keluar stasiun. 

"Sudah sarapan?" katanya. Karena di penginapan sudah duluan, "Saya nanti makan gorengan saja."

Emang kita mau sarapan dimana? Dia menyebut sebuah tempat yang terdengar tidak cukup jelas di atas boncengan motor.

Begitu tiba di sebuah gerbang yang ramai dengan parkiran motor dan tidak luas, dia bilang ini Pasar Ngasem. Saya tidak berpikir banyak. 

Di pikiran cuma ada kalimat, sudah lama tidak ke pasar tradisional, apa kabar? 

Jadi kami memarkir motor dan berjalan ke sebuah blok yang sudah ramai dengan orang menyantap sarapan. Saya lupa nama penjajanya yang jelas sudah riuh di pukul 8 pagi. Beberapa yang terlihat sepertinya datang dari golongan menengah atas.

Sebagaimana yang sudah diniatkan, tiga potong gorengan rasanya cukup sepagi ini. 

Adik saya bersama istrinya (yang sudah duluan di sini) memesan nasi, sayuran dan tempe. Kami kemudian makan di sebuah meja kecil untuk empat orang. 

Sudah ada pelanggan di sebelahnya: dua orang lelaki dengan seorang perempuan, salah satu dari mereka memesan bubur. 

"Makanan di sini kelihatan biasa saja, tapi jangan salah, kalau sudah mencoba bakal ketagihan," terang si perempuan.

Saya kaget, sebegitukah daya tariknya? Agak menyesal tapi perut terlanjur penuh. Sambil bercakap ringan, saya melihat orang-orang yang ngantri memesan.

Sesudah menyantap sarapan, kami mampir ke lapak Sendang Ayu (dan saya lupa menanyakan siapa nama ibu yang menjualnya). 

Sendang Ayu-nya yang disajikan gelas yang mirip mangkuk. Komposisinya diracik dari beberapa batang sereh, irisan jahe, kapulaga juga potongan jeruk manis serta kolangkaling yang lembut. 

Minuman ini hangat, manis, asam dan menyegarkan. Paling tepat diminum mereka yang sedang batuk atau terpapar influenza ringan. Saya menyeruputnya dengan perasaan yang kagum. Sendang Ayu memang menghipnotis.

Mungkin karena terlihat khusyuk, si ibu terus bertanya. 

"Gimana rasanya?"

"Enak, Bu. Tampilannya juga cantik," kata saya.

Segelas Sendang Ayu di Pasar Ngasem| Dok: S Aji
Segelas Sendang Ayu di Pasar Ngasem| Dok: S Aji

Sekilas pandangan mata, Pasar Ngasem sebenarnya tak cukup luas. Deretan kios yang membentuknya kedalam empat persegi, lantai paving blok dan parkiran motor juga tak dilengkapi bangunan bertingkat. 

Dengan pagi yang ramai dengan orang sarapan, apa yang sedang dinikmati orang-orang di sini selain menu yang enak dan rasa kenyang?

Dari Masa Lalu Hingga Hari Ini. Pasar Ngasem disebut-sebut sebagai salah satu pasar tradisional tertua di Yogya, terletak di Kelurahan Patehan, Kecamatan Kraton. 

Sejarahnya konon sudah eksis sejak tahun 1809 atau lebih dulu ada sebelum pecahnya Perang Jawa (1825-1830). Di masa lalu, pasar ini merupakan pasar burung terbesar di Yogya sebelum dipindahkan di tahun 2010 silam.

Sedang di masa kini, ketika bangunan perbelanjaan modern adu cepat dan kuat membentuk landmark Yogyakarta, Pasar Ngasem tetaplah sebuah daya tarik; magnit urban. Paling sedikit, keberadaannya tak luput dari peliputan jurnalistik.

Dari pasar ini, Detik Food merekomendasikan lima menu tradisional yang perlu dicoba. Carabikang Bu Wanti, Warung Makan Bu Sirep, Warung Makan Yu Ngademi, Cilok Legen Pak Nawi dan Nasi Brongkos Bu Rini.

Berbeda dengan Detik Food, Seputar Yogyakarta (Kumparan) menulis jika di sini ada beberapa kuliner yang khas seperti Jenang Gempol, Apem Beras, Wedang Sendang Ayu Bu Mursui, Lupis, Bubur Krecek dan Carabikang. 

Tak ketinggalan, Kompas juga meliput keberadaan kulinernya yang enak dan diwartakan pada 19 Desember 2022.

Salah satu sudut yang menjadi tempat sarapan di dalam Pasar Ngasem | Dok: S Aji
Salah satu sudut yang menjadi tempat sarapan di dalam Pasar Ngasem | Dok: S Aji

Walau begitu, mengutip cerita Prabu Yudianto di Mojok yang berjudul Kisah Pasar Ngasem Jogja: Berawal dari Pasar Burung, Gudang Seniman, Sampai Tujuan Sarapan Anak Skena, pasar ini bukan cuma menyimpan kekayaan kuliner tradisional. 

Pergulatan sejarahnya menyimpan kisah yang panjang. ada jejak bencana alam (gempa), hingga menjadi sumber inspirasi bagi para seniman. Seperti sebuah tempat yang menghimpun orang-orang.

Yudianto (juga) menambahkan jika Pasar Ngasem sekarang diramaikan berbagai event, baik kegiatan budaya maupun seni. Pasar ini bahkan pernah menjadi pusat penyelenggaraan Festival Kesenian Yogyakarta (FKY). Ia telah menjadi kekinian yang bercampursari.

Dalam penglihatan yang sangat terbatas dan sebentar, saya merasa Pasar Ngasem adalah contoh dari tradisionalisme yang hidup, tak sebatas romantika. 

Daya hidupnya direproduksi bersamaan laku dan laju dinamika kekinian urban dimana energi pertumbuhannya digerakkan oleh konsumerisme, fashion, citra lifestyle, kebijakan pemerintah hingga pergantian generasi.

Dalam pergulatan itu, Pasar Ngasem hadir sebagai lokus kecil yang memelihara warisannya. Ia bertahan di tengah Yogya yang terbuat dari rindu, pulang dan angkringan beserta kemacetannya. 

Pasar yang seperti ini membuat saya ingin menulis sedikit dan berpikir untuk menulis yang lebih utuh tentang makanan-makanan tradisional itu--yang saya tahu tak bakal kesampaian. 

Serta yang tak kalah penting lagi, ia membuat saya (selalu) memiliki tambahan alasan untuk kembali.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun