"Makanan di sini kelihatan biasa saja, tapi jangan salah, kalau sudah mencoba bakal ketagihan," terang si perempuan.
Saya kaget, sebegitukah daya tariknya? Agak menyesal tapi perut terlanjur penuh. Sambil bercakap ringan, saya melihat orang-orang yang ngantri memesan.
Sesudah menyantap sarapan, kami mampir ke lapak Sendang Ayu (dan saya lupa menanyakan siapa nama ibu yang menjualnya).Â
Sendang Ayu-nya yang disajikan gelas yang mirip mangkuk. Komposisinya diracik dari beberapa batang sereh, irisan jahe, kapulaga juga potongan jeruk manis serta kolangkaling yang lembut.Â
Minuman ini hangat, manis, asam dan menyegarkan. Paling tepat diminum mereka yang sedang batuk atau terpapar influenza ringan. Saya menyeruputnya dengan perasaan yang kagum. Sendang Ayu memang menghipnotis.
Mungkin karena terlihat khusyuk, si ibu terus bertanya.Â
"Gimana rasanya?"
"Enak, Bu. Tampilannya juga cantik," kata saya.
Sekilas pandangan mata, Pasar Ngasem sebenarnya tak cukup luas. Deretan kios yang membentuknya kedalam empat persegi, lantai paving blok dan parkiran motor juga tak dilengkapi bangunan bertingkat.Â
Dengan pagi yang ramai dengan orang sarapan, apa yang sedang dinikmati orang-orang di sini selain menu yang enak dan rasa kenyang?