Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

Serial "Ratu Adil": Perempuan, Tatanan Krisis, dan Perlawanan

13 Maret 2024   22:50 Diperbarui: 15 Maret 2024   00:47 751
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andri Mashadi, Dian Sastro, Hana Malasan, dan Nino Fernandez yang berperan dalam serial Ratu Adil. (Dok Grid.ID/Menda Clara Florencia)

Di 29 Februari 2024, Vidio merilis serial barunya. Serial itu berjudul Ratu Adil. 

Duet sutradara, Tommy Dewo (Serigala Terakhir 2) dan Ginanti Rona (The Raid 1&2) bekerja untuk serial ini. Nama-nama beken seperti Dian Sastrowardoyo, Nino Fernandez, Ira Wibowo, Donny Damara, dan Yayu Unru turut terlibat di sini. 

Ratu Adil direncanakan akan tayang sebanyak 8 episode (Tirto). Vidio memberi fasilitas paket Express bagi mereka yang ingin menonton terlebih dahulu di luar waktu tayang reguler setiap Kamis--ini artinya Ratu Adil direncanakan tayang hingga bulan April. 

Kabar bagusnya, serial bergenre action-crime di situs Internet Movie Database (IMDb) Ratu Adil sudah mendapat rating 8,5/10. 

Angka ini seolah-olah menegaskan kualitas dari kehadiran nama-nama top di atas, khususnya sosok Dian Sastro. Pasalnya Gadis Kretek yang juga dibintangi aktris yang juga merupakan sarjana filsafat ini duluan tayang di Netflix pun mendapat rating tinggi, 8.2/10 di situs yang sama.

Hal yang menyedihkan adalah serial Ratu Adil merupakan saksi terakhir dari penampilan aktor kawakan Yayu Unru. Aktor senior kelahiran Makasar ini wafat pada 8 Desember 2023. Yayu Unru dikenal sebagai pelatih akting di beberapa film nasional, selain juga peraih penghargaan.

Ketika catatan ini dibuat, Ratu Adil sudah tayang reguler sebanyak 3 episode dengan masing-masing judul: Retaknya Sembilan Naga, Intuisi Seorang Perempuan, serta Duka dan Dendam. Satu lagi episode sedang tayang untuk paket Express dengan judul Sebuah Janji Terakhir.

Pemeran serial
Pemeran serial "Ratu Adil" berfoto usai konferensi pers Gala Premiere di Plaza Indonesia, Jakarta, Kamis (22/2/2024). | ANTARA FOTO/Asprilla Dwi 

Sinopsis. Alkisah, di permulaan tahun 1980an, sebuah grup pertemanan memulai bisnisnya. Grup ini merupakan perkawanan sembilan orang yang berjuang keras melawan kemelaratan. Hingga bertahun-tahun kemudian, mereka berkembang menjadi kelompok bisnis yang berpengaruh.

Mereka dikenal sebagai Kelompok Sembilan Naga; representasi dari jaringan mafia lokal yang nyaris tanpa tanding. 

Salah satu dari anggota jaringan itu adalah keluarga Wibowo Soeryo, yang memiliki anak perempuan bernama Lasja Soeryo (diperankan Dian Sastro). Sehari-hari, Lasja Soeryo adalah seorang ibu muda dengan dua anak perempuandari suami bernama Oka.

Lasja Soeryo, tak cuma cantik, lembut tutur, dan hidup terawat. Namun juga cukup pintar dan menyimpan keahlian mantan atlet menembak. 

Pada suatu titik perjalanan bisnis, Sembilan Naga akhirnya berada di persimpangan aliansinya. Beberapa anggota ingin mencapai status kekayaan dan kontrol yang lebih tinggi melalui binis narkotika, beberapa lagi tidak--salah satunya adalah Wibowo Soeryo. 

Wibowo Soeryo sudah ingin pensiun lantas hidup tenang selayaknya seorang Don di perkebunan yang luas, tenang dan dijaga ketat. Tapi pilihan semacam ini tidak menyudahi potensinya sebagai ancaman. Terutama karena ia masih menyimpan bukti-bukti praktik kriminal anggota Sembilan Naga yang lain.

Maka, tiba takdirnya Wibowo Soeryo akhirnya dieksekusi di kantornya yang megah. Ia terbunuh dengan cara brutal dan terlalu mudah.

Sesudah prahara ini, Lasja Soeryo tampil ke depan. Ia menanggalkan semua atribut domestiknya dan mulai mengeksekusi orang-orang yang menyebabkan kesedihan bagi keluarganya. 

Dari sinilah, Ratu Adil menuntun penonton menelusuri kisah dari pembalasan seorang anak perempuan sekaligus seorang ibu terhadap kelompok mafia.

Pertanyaannya sekarang, bagaimanakah serial Ratu Adil ini direfleksikan melalui industri tontonan sebagai sebuah ide tentang perempuan dan pembalasan dendam?

Kita tahu dalam khazanah sejarah, narasi Ratu Adil tumbuh subur dalam kebudayaan politik Nusantara. Lebih khusus lagi di Tanah Jawa. 

Narasi Ratu Adil sudah muncul jauh sebelum dan turut menyertai terjadinya Perang Jawa (1825--1830) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.

Bisa dimaknai jika Ratu Adil dalam perlawanan terhadap kolonialisme adalah sebuah epos pembebasan masyarakat pribumi. Di dalam perlawanan itu, ia menjanjikan tatanan hidup yang baru lebih baik. 

Akan tetapi, karena ia muncul mendahului perlawanan masyarakat yang bercorak modern, epos tua ini belum dimediasi oleh konstruksi ideologi tertentu dan tata organisasi yang solid yang menghimpun massa di dalamnya. Semisal Marxisme yang menggerakan Revolusi Bolshevik 25 Oktober 1917 di Rusia lama. 

Penting disadari bahwa pertumbuhan masyarakat modern-birokratis rasional tak lantas membuang spirit pembebas sosial Ratu Adil dari watak teoritik pemikiran ideologis. Sebaliknya, ketimpangan, penindasan dan penderitaan masyarakat modern adalah ladang subur menjadi bagi pelestarian spirit Ratu Adil.

Tentu saja untuk kisah Ratu Adil yang diproduksi oleh budaya layar seringkali tidak cukup menjelaskan riwayat historis semacam di atas. Selain tidak memadai sebagai sebuah medium penyampai, sebagai sebuah metode, ia membutuhkan prasyarat dalam merekonstruksinya. 

Sama halnya dengan Ratu Adil yang tayang di Vidio. 

Kisahnya bukan teks tentang emansipasi-kharismatik dengan dukungan massa yang luas. Ia hanya bercerita seorang perempuan muda, ibu dari dua anak, anggota keluarga mafia yang keluar dari batas-batas domestiknya demi menyelamatkan nasib keluarganya.

Di titik inilah, kita bakalan melihat kisah Ratu Adil dan Gadis Kretek dalam tiga tema besar yang selalu menarik dijadikan cerita. 

Perempuan, Tatanan Krisis dan Perlawanan--tiga tema ini adalah tema besar yang dimaksud itu. Tentu saja, ketiga tema ini hanya sedikit saja benang merah dari banyak sekali perbedaan Gadis Kretek dan Ratu Adil.

Lebih jelasnya seperti berikut ini. 

Gadis Kretek yang merupakan adaptasi dari novel berjudul sama mengisahkan perempuan yang menggugat pembagian peran tidak adil oleh dominasi patriarki. Kontruksi peran yang semacam ini mengikuti hidup mati sejarah industri kretek. 

Lantas di satu masa, kontruksi sosial ini bertumbukan dengan huru hara politik tahun 1965 yang dipicu ketegangan kutub-kutub politik di Republik yang masih muda. Dasiyah dan keluarganya menjadi korban yang bertahun-tahun hidup melawan trauma.

Sedangkan dalam Ratu Adil (yang adalah fiksi yang bukan jenis adaptasi dari novel) mewakili penggambaran perempuan di kehidupan keluarga perkotaan di tengah Republik modern yang stabil. Lebih khusus, pada pertumbuhan keluarga super kaya dengan sumber kekayaan dari praktik bisnis kotor, hierarki organisasi yang ketat dan tertutup, sera praktik kekerasan yang brutal. 

Di satu titik kritis, perempuan ini yang dipaksa mengambil posisi sentral sebagai penegak hukuman (dan pembalasan dendam) ketika perpecahan internal kelompok mafia mengancam keberadaan keluarganya. Ia keluar dari batas-batas domestik yang selama ini dilakoni.

Ringkas kata, Gadis Kretek yang sudah terbukti sukses sebagai serial, perempuan merupakan subyek yang melawan tatanan feodal sekaligus korban dari perubahan zaman. Sedang di Ratu Adil (yang masih dalam masa uji sukses), perempuan dipusatkan sebagai subyek yang menjaga nasib keluarganya di tengah pertikaian aliansi yang pecah.

Kedua kisah itu menegaskan jika perempuan, tatanan yang krisis dan perlawanan adalah elemen konfliktual yang saling membentuk. 

Ini bermakna perempuan tidak pernah luluh sebagai obyek dari desain melewati krisis, sebaliknya mereka memiliki siasat sendiri--tidak terlalu penting jika pada akhirnya mereka akan menjadi korban dari kekacaaun situasinya.

Di negeri-negeri seperti Amerika Latin (kita bisa menikmati tontonanya di layar Netflix), ide cerita semacam ini mungkin sudah bukan tema yang menarik. 

Namun, perempuan dengan citra Ratu Adil dan mulai marak dalam produksi serial di platform digital (di Vidio misalnya, kita bisa menikmati perempuan seperti ini dalam Merajut Dendam dan Skandal) sungguh dibutuhkan Indonesia. 

Sekurangnya, perkembangan serial bergenre begini memiliki fungsi sparing-partner terhadap gurita sinetron dengan asmara perempuan, patah hati dan dendam, serta perebutan kekayaan yang mendayu-dayu. 

Dalam sinetron, entah mengapa perempuan terlalu sering dikulturisasi sebagai ketimuran yang patuh dan elok, yang sejatinya mengada-ada itu. Dan ketika ia berubah sadis, ia menjadi sosok yang lebih pantas diolok-olok ketimbang disegani. Kemarahannya terlalu culun.

Ratu Adil di Vidio mengeluarkan kita dari imajinasi terkutuk semacam itu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun