Salah satu dari anggota jaringan itu adalah keluarga Wibowo Soeryo, yang memiliki anak perempuan bernama Lasja Soeryo (diperankan Dian Sastro). Sehari-hari, Lasja Soeryo adalah seorang ibu muda dengan dua anak perempuandari suami bernama Oka.
Lasja Soeryo, tak cuma cantik, lembut tutur, dan hidup terawat. Namun juga cukup pintar dan menyimpan keahlian mantan atlet menembak.Â
Pada suatu titik perjalanan bisnis, Sembilan Naga akhirnya berada di persimpangan aliansinya. Beberapa anggota ingin mencapai status kekayaan dan kontrol yang lebih tinggi melalui binis narkotika, beberapa lagi tidak--salah satunya adalah Wibowo Soeryo.Â
Wibowo Soeryo sudah ingin pensiun lantas hidup tenang selayaknya seorang Don di perkebunan yang luas, tenang dan dijaga ketat. Tapi pilihan semacam ini tidak menyudahi potensinya sebagai ancaman. Terutama karena ia masih menyimpan bukti-bukti praktik kriminal anggota Sembilan Naga yang lain.
Maka, tiba takdirnya Wibowo Soeryo akhirnya dieksekusi di kantornya yang megah. Ia terbunuh dengan cara brutal dan terlalu mudah.
Sesudah prahara ini, Lasja Soeryo tampil ke depan. Ia menanggalkan semua atribut domestiknya dan mulai mengeksekusi orang-orang yang menyebabkan kesedihan bagi keluarganya.Â
Dari sinilah, Ratu Adil menuntun penonton menelusuri kisah dari pembalasan seorang anak perempuan sekaligus seorang ibu terhadap kelompok mafia.
Pertanyaannya sekarang, bagaimanakah serial Ratu Adil ini direfleksikan melalui industri tontonan sebagai sebuah ide tentang perempuan dan pembalasan dendam?
Kita tahu dalam khazanah sejarah, narasi Ratu Adil tumbuh subur dalam kebudayaan politik Nusantara. Lebih khusus lagi di Tanah Jawa.Â
Narasi Ratu Adil sudah muncul jauh sebelum dan turut menyertai terjadinya Perang Jawa (1825--1830) yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro.
Bisa dimaknai jika Ratu Adil dalam perlawanan terhadap kolonialisme adalah sebuah epos pembebasan masyarakat pribumi. Di dalam perlawanan itu, ia menjanjikan tatanan hidup yang baru lebih baik.Â