Dengan maksud lain, jika kecepatan dan ketersediaan internet bagi warga desa tidak diskenariokan dalam penguatan otonomi desa yang inklusif, berkemakmuran dan berkelanjutan, sepertinya kita bakal berhadapan dengan "bencana internet".
Bencana itu semisal ketersediaan internet hingga ke kampung-kampung yang jauh justru menjadi ladang bagi pornografi, terutama terhadap golongan remaja hingga anak-anak.Â
Internet barulah daya dorong, katalisator.Â
Ia jelas membutuhkan banyak prasyarat agar menjadi bagian dari terciptanya kesetaraan, kemakmuran, dan keberlanjutan di desa-desa yang masih terisolasi di dunia yang dilipat oleh kecepatan informasi.Â
Ironisnya, proses pemenuhan syarat yang dimandatkan cita-cita kemerdekaan itu tidak selalu bisa, kalau bukan gagal, dipenuhi oleh negara beserta infrastrukturnya. Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H