Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Perkebunan Teh dan Hari-hari Sebelum Pemilu

9 Februari 2024   10:32 Diperbarui: 16 Februari 2024   06:47 785
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Panorama pagi salah satu desa yang terletak di lembah Perkebunan Teh, Cianjur Selatan | Dok: S Aji

Maka, tempat seperti perkebunan teh adalah sebuah jeda sekaligus pengingat jika negeri ini harus selalu selamat dari kebodohan elite-elitenya.

Di tempat ini, ada keheningan, kesederhanaan, dan yang sama pentingnya, adalah keramahtamahan yang tulus. Hidup yang semacam ini--hening, sederhana, tulus dan ramah--jelas adalah perkara yang pura-pura dalam elitisme politik.

Kedua, mimpi akan masa depan sebuah bangsa tidak pernah benar-benar bertahan tanpa memahami penderitaan dari masa lalu jelata. 

Demikian juga dengan riwayat perkebunan teh di mana-mana. Selalu ada jejak (kuasa) kolonial hingga jerit penderitaan pribumi. Tuan-tuan dari  utara itu pergi dan penderitaan itu masih sesekali muncul dalam bentuk-bentuk yang lebih baru. 

Tetapi, penderitaan tidak boleh menghancurkan harapan bersama. 

Di perkampungan yang hidup bertetangga dengan perkebunan teh, boleh dikata, harapan tersebut tumbuh dalam skala yang di sebut Desa. Ia seringkali tidak terkatakan dalam baliho-baliho caleg yang berderet di sepanjang jalan. 

Ia tumbuh dalam denyut nadi mereka yang pergi ke kebun setiap pagi, tidak muluk-muluk. Namun bekerja layaknya energi para penyintas. 

Masa lalu dan jejak panjangnya yang menyusup kedalam tatanan hidup adalah sejenis sumberdaya bagi masa depan. 

Seperti pesan George Orwell dalam novel 1984: "Barang siapa mengendalikan masa lalu, mengendalikan masa depan. Barang siapa mengendalikan hari ini, ia mengendalikan masa lalu."

Tower komunikasi di perkebunan teh | Dok; S Aji
Tower komunikasi di perkebunan teh | Dok; S Aji

Ketiga, jelata dan nasibnya yang seolah berjalan di tempat tapi tidak membuat mereka berhenti. Mereka adalah kekuatan yang tidak bicara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun