Keempat, usaha kembali ke industri seorang stuntman kawakan juga tersaji di Ride On. Bersama Red Hare dan Xiao Bao, Lao Luo merintis jalan kembali. Ia mengambil peran dengan aksi-aksi yang masih segarang dulu, bedanya kali ini dengan Red Hare sebagai salah satu aktornya. Beberapa konflik terjadi antara dirinya dan Xiao Bao, terutama karena sikap kerasnya dalam memaksakan kemampuan Red Hare.Â
Di bagian menuju penghujung, drama paling terenyuh yang disajikan adalah ketika Red Hare harus diserahkan kepada pemenang lelang. Status kepemilikannya memang digugat karena sengketa hukum pemilik lama yang memberikan Red Hare kepada Lao Luo. Red Hare melarikan diri dari pemilik barunya dan menyusul romboban Lao Luo yang kembali ke rumah.Â
Drama itu terjadi di sebuah tanah lapang yang becek. Red Hare yang menyusul beberapa kali harus terjatuh di sini. Tapi Lao Luo malah mengusirnya, menyuruhnya kembali ke pemilik baru, dan mengatakan jika Red Hare sudah tidak diinginkan. Red Hare hanya bisa terdiam, seperti tak menyangka.Â
Sedang Lao Luo melahirkan lara hatinya dengan menangis tersedu-sedu di dalam mobil yang melaju pulang. Adegan ini adalah puncak dari drama persahabatan manusia dan kuda yang sama-sama berjuang hidup sebagai pemeran pengganti.
Di penutup cerita, keduanya kembali bersatu. Lao Luo tak lagi bersikap keras dengan memaksa Red Hare memberikan segalanya dalam sebuah adegan film dimana mereka berperan sebagai pengganti.
Semua akhirnya berbahagia. Lao Luo dan Xiao Bao akhirnya menemuka titik komprominya, yang mengembalikan keutuhan mereka sebagai ayah dan anak.Â
***
Ride On didedikasikan bagi para pemeran pengganti yang seringkali nama mereka tidak pernah disebut-sebut dari sebuah film yang sukses.Â
Para pemeran pengganti dan kru film adalah tulang belakang yang jarang mendapat porsi cerita dalam kisah-kisah sukses. Sayang, narasi dari jatuh bangun seorang stuntman yang hidupnya bergerak di antara "action, jump and hospital" tidak cukup terlihat.
Walau begitu, dari empat aspek dramatik di atas, dilengkapi beberapa adegan komedikal dalam pertarungan sebagaimana ciri yang khas dari film-film Jackie Chan, menjadikan Ride On cukup baik bergerak di antara lelucon dan keharuan.Â