Anak asuh Gian Piero Gasperini ini cuma berada satu garis di atas Juventus. Hanya unggul tipis 1 kali lebih banyak dalam koleksi kemenangan. Gewiss Stadium bukan markas yang angker. Hingga pekan ke-13, Atalanta sudah dihajar Napoli dan Lazio.
Maka dari itu dua kemenangan sebelum liburan World Cup, Natal dan Tahun Baru sudah semestinya diraih Inter Milan.Â
Masalahnya tidak karena kegagalan hanya akan membuat mereka terlempar lebih jauh dari persaingan juara. Akan tetapi lebih dikarenakan kesulitan menemukan formula yang tepat dalam mengelola musim yang masih panjang.Â
Simone Inzaghi sendiri, sebagaimana Spaletti di Napoli, memang memainkan sepak bola menyerang yang atraktif. Bersama mereka Inter dan Napoli cukup bertaji di kasta tertinggi liga para juara Eropa.Â
Keduanya adalah generasi yang menolak konservatisme seperti Allegri di Juventus. Tapi, apakah ini bakalan cukup hingga akhir musim?
Maksud saya, musim ini sudah seharusnya menjadi kans paling besar dari keduanya. Musim dimana mereka harusnya bisa mencapai puncak dan menjadi juara yang meyakinkan. Sebagaimana Pioli di akhir musim yang lalu.
Jika Serie A dimenangkan Inzaghi atau Spaletti itu sama mengatakan menangnya sepak bola menyerang di jazirah Italia--ini poin besarnya.Â
Ketimbang Serie A akan dimenangkan AS Roma (yang jelas utopia), termasuk yang segolongan dengannya: Juventus mazhab Allegri.Â
Masalahnya Inter Milan sudah terlalu sering inkonsisten sejak musim lalu.Â
Mungkin mereka merasa sudah cukup seperti Inter Milan di kepala Mikhitaryan. "Kadang-kadang kami lupa bertahan, karena itu kami kalah," katanya sebagaimana dilansir Football Italia.Â
Untuk laga-laga sepenting melawan Juventus, Anda tidak boleh kalah. Itu bukan cuma perkara poin, tapi juga marwah, bos!