Sejatinya Inter memang bermain hampir dominan. Selisih penguasaan bolanya hanya 53,2 % berbanding 48,8%. Inter memang menghasilkan 14 kali tembakan, sedang Juventus hanya 8 kali. Inter juga punya kans bikin gol yang gagal.
Di laga yang berakhir 2:0 ini, Juventus tampil lebih solid dan efektif dengan babak pertama yang monoton tak ada tobatnya: frekuensi serangan dari sayap kanan.Â
Nyonya Tua lebih efektif sebab dua serangan balik yang digerakan Kostic di sisi kanan pertahanan Inter Milan. Asis pertama berhasil dieksekusi Rabiot. Yang kedua, Juve beruntung karena memiliki Nicolo Fagioli.Â
Pemuda kelahiran 12 Februari 2001 ini telah menghasilkan dua gol yang mengamankan 6 poin. Terlebih-lebih golnya ke gawang Lecce yang mengingatkan umat manusia pada cara seorang Del Piero membuat gol.
Fagioli, seperti Mireti, mulai diberi banyak menit bermain. Mereka tidak berdua saja, ada juga Samuel Illing Junior dan Matias Soule. Daftar anak-anak muda ini adalah berkah di balik musibah cederanya gelandang senior seperti Pogba dan McKennie.Â
Mereka telah berkembang sebagai opsi melawan kebuntuan. Setidaknya, menghadirkan kesegaran dari para senior mereka yang mungkin sedang terpapar lelah, jenuh dan bermain sekadarnya.Â
Sementara di Inter, konsistensinya belum cukup teruji. Para kompetitor domestik seperti Lazio, AC Milan, AS Roma, dan terakhir Juventus berhasil mengalahkan mereka. Dalam daftar ini, ada juga Udinese.
Inter juga terlihat belum menemukan keseimbangan antara persaingan domestik dan liga Champions. Belum cukup stabil sebagaimana Napoli dan AC Milan sejauh ini.
Karena itu, bagaimana musim ini akan berakhir dengan 5 kekalahan sejauh ini?
Pada 9 November, Dzeko, dkk akan menghadapi Bologna. Partai ini mungkin bisa jadi momentum kembali pada jalur kemenangan. Hal ini mesti dipenuhi karena sesudahnya, pada tanggal 13, mereka harus bertandang ke Atalanta.Â
Atalanta, dengan sepak bolanya yang tidak berubah, memang masih sama angin-anginan.