Ketiga, bawalah alat komunikasi yang selalu membuat Anda terhubung dengan keluarga, kawan-kawan dekat, atau pihak-pihak yang siap siaga bergerak ketika ada marabahaya.Â
Keluarga dan kawan-kawan dekat karena mereka tidak ingin kehilangan Anda, sedang yang terakhir karena sudah begitu tugas yang dibebankan ke mereka.
Anda tidak perlu menghubungi mantan yang sedang merintis jalan bahagianya yang baru. Cuma ingin mengabarkan Anda sedang patah hati dan terjebak di tengah konser musik yang chaos. Demi apa?
Keempat, sekalipun musik dan keramaian yang menyertainya bisa menjadi sejenis elemen katarsis yang melepas kepenatan dan kegalauan, janganlah pergi kepadanya dengan kondisi mabuk.Â
Anda harus selalu menyiapkan kesiapsiagaan di tengah emosi yang meluap-luap.
Mabuk di tengah konser hanya membuat Anda rentan dimakan huru-hara. Entah sebagai korban yang tolol atau sebagai pemicu yang sama tololnya.Â
Kelima, pastikan Anda sedang bersama orang-orang yang memenuhi dua syarat. Bisa menjaga ketertiban dan memiliki kemampuan menyelamatkan diri bersama-sama.Â
Jangan pernah sekali-kali pergi ke konser musik hanya untuk memindahkan tawuran dari jalanan. Jangan pula pergi ke kerumunan dengan mereka yang cuma bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Biarkan kelakuan yang satu ini menjadi milik dunia politik saja.
Keenam, kalau lima syarat di atas tidak bisa Anda penuhi, sudahlah. Jangan pernah pergi ke konser yang Anda sendiri tidak kenal konser semacam apa, di tempat serawan apa. Maksudnya, jangan ikut-ikutan atau mendadak anggota fans club, misalnya.
Diam saja di rumah. Tunggu video konsernya tayang di Youtube. Seperti yang kemarin hari saya lakukan terhadap konser Nicky Astria.Â
Mengapa Kau Kau Kau Terlupa Romantis. Terlalu Kau Kau Kau Menyayangi Aku. Sehingga Kau Kau Kau Menjadi Cemburu
Di Kala Aku Masih Mencintaimu. Aku Masih Setia Padamu.Â