Kesenangan dan kenyamanan yang berganti bisa jadi dimotivasi oleh dorongan yang lebih serius. Seperti ingin lebih terkenal, ingin lingkungan yang lebih kompetitif, dan ingin mendapat imbalan materi yang lebih baik.
Ingin menjadi penulis yang serius. Tidak cukup dengan centang biru di sini.
Ini sejatinya baik. Kompasiana adalah tempat dimana semua orang bukan siapa-siapa. Atau siapa-siapa yang memilih bukan siapa-siapa. Maksud saya, begini.Â
Beberapa orang yang pernah menulis di sini, saya kenal persis sebagai penulis jempolan yang karyanya boleh dijadikan model. Tapi mereka memilih menulis di Kompasiana walau tidak bertahan lama.
Alasan lain, sesudah yang di atas adalah mereka yang pergi mungkin telah menemukan dirinya yang tidak kemana-mana.
Makin sering menulis, makin mereka merasa sedang meniti lorong gelap yang ujungnya buntu.
Menulis tidak bisa lagi dijadikan siasat berjarak dari rutinitas; menyembuhkan diri dari kelelahan dunia nyata. Mengalami kesenangan-kesenangan yang tidak diberikan semesta selain menulis.
Menulis malah seperti kegiatan terkutuk yang diulang-ulang.Â
Saya tidak bilang ini kecenderungan yang buruk. Saya sebatas ingin bilang tidak ada konsekuensi yang sama bagi mereka yang menulis.
Terakhir, mereka yang sudah bubar barisan tadi mungkin lebih memilih jadi pembaca saja.Â
Kompasiana tidak lebih dari tempat untuk mengawasi akun-akun tertentu. Membacanya dalam sepi. Tak ada vote, tak ada jejak.