Maka demi informasi penting dari nasib si babi, Robin kembali ke dapur didampingi Amir. Ia memasak sajian daging, seperti burung dara, ditemani anggur yang khas. Kemudian mengajak makan Darius yang kaku dan tertutup.
Sebagai bos restoran terkenal, Darius bukan saja tahu jika menu yang disantapnya adalah sajian berkelas. Namun juga, hanya dalam dua suapan, Darius mendapati dirinya dalam kenangan yang masih basah. Ia terkenang istrinya, makan malam yang asik, dan kesendiriannya yang rapuh.
Darius marah karena sajian tersebut seperti mengembalikannya ke ingatan yang kelam tapi Robin juga memiliki kesedihan yang butuh jawaban. Singkat, si babi juga telah tiada dan hidup harus terus dilanjutkan.
Kesedihan karena kehilangan sesuatu yang dicintai tidak pernah mudah disamarkan, bahkan sesudah melewati berpuluh tahun menutup diri, mengasingkan hidup atau bekerja keras tak kenal waktu.
Darius dan Robin adalah dua lelaki paruh baya yang kembali terikat pada masa lalu yang sedih, yang ingin mereka kalahkan dengan cara yang salah.Â
Film Pig ingin bercerita begitu walau dengan penggarapan emosi antar tokoh yang kurang maksimal. Walau begitu, setidaknya, Pig membuat Nicolas Cage terlihat sedikit berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H