Dia pernah mengelola restoran terkenal, memiliki murid yang kini ternama, dan penggemar yang masih mengenang kehebatannya. Dan yang tak kalah bergunanya, Robin Feld adalah warga dari masa lalu yang memahami sudut-sudut gelap dari hiruk pikuk sebuah kota.
Dengan modalitas historis ini, Robin menyusun pencahariannya sendiri. Tak ada polisi, apalagi senjata, kekerasan dan korban dari gerombolan pemuda reseh dan tolol.
Salah satunya adalah menemui sosok bernama Edgar (Darius Pierce).
Edgar adalah pebisnis yang mengelola tinju underground bagi karyawan restoran (yang stress dan butuh duit tambahan) sejak lama. Edgar juga sosok yang memiliki akses pada kejahatan bawah tanah yang mungkin tidak dipusingkan polisi: siapa yang berkenan repot-repot mencari pencuri hewan yang bukan golongan langka seperti seekor babi?
Robin harus merelakan dirinya babak belur sebagai samsak hidup sebelum mendapat selembar kertas berisi nama sebuah restoran, tempat di mana dia mestinya pergi bertanya. Restoran terkenal itu milik ayahnya Amir, pemuda yang bertekad memiliki bisnis sendiri (sebagai penampung truffle yang mahal) demi tidak menjadi bayang-bayang.
Pencahariannya ke restoran atau lebih persisnya kepada ayahnya Amir bisa dimaknai sejenis ziarah pada kesedihan yang terikat dengan nasib Robin manakala ia masih menjadi chef yang memiliki banyak penggemar.
Amir masih terkenang-kenang malam di mana ayah dan ibunya pergi makan bersama. Mereka makan sesuatu yang sangat nikmat dan pulang dalam keadaan mabuk. Mereka bahagia. Kebahagiaan yang tidak bisa diulang, yang menandai perpisahan, dan keterpurukan sang ayah.
Dalam penderitaannya dan kenangan itu, Darius (Adam Arkin) alias ayahnya Amir menutup diri dari dunia luar. Sepintas lalu, sosoknya dilukiskan hidup dalam rumah yang bagus dengan jam kerja hingga malam hari.
Darius mengenali Robin Feld, namun tidak ingin bicara tentang seekor babi yang hilang.
Robin Feld, yang masih babak belur, kucel dan tidak ingin membersihkan dirinya itu, tidak kehilangan siasat. Sebagai mantan chef nomor satu kebanggaan separuh Portland, dia memiliki kualifikasi yang tdai dimiliki sembarang orang.
Kualifikasi itu adalah dia bukan saja mahir dalam memasak, dia juga mengenali siapa saja yang pernah dilayaninya, apa yang dipesan mereka. Tak terkecuali kepada Darius dan mendiang istrinya.