Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Cara Conte Kembali dari Keterpurukan

20 Februari 2022   08:23 Diperbarui: 20 Februari 2022   13:02 669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Antonio Conte memilih bekerjasama dengan Tottenham Hotspurs, pertanyaan seperti ini mungkin muncul di kepala Anda.  

Mungkinkah bersama pelatih langganan juara Serie A ini, Harry Kane, dkk bakal kembali atau bahkan melampaui versi terkerennya seperti di era Pocchetino? Bukankah di tangan pelatih juara Eropa seperti Jose "Bacot Gede" Mourinho pun tak lebih dari narasi keterpurukan yang berlanjut? 

Lantas Conte bisa apa? Mungkinkah musimnya yang singkat dan sukses di Chelsea bisa direplikasi di sini?

Conte sejatinya memulai episode keduanya di tanah Britania Raya dengan hasil yang bikin salut. Tangan dinginnya berhasil membuat Harry Kane, dkk kembali ke performa yang selayaknya. Conte menjadi manajer pertama di Spurs yang sukses tak kalah dalam 7 pertandingan awalnya. 

Hasil positif ini membuat mereka kembali sebagai dihitung sebagai kompetitor yang serius sesudah hari-hari hambar dalam besutan Nuno Espirito Santo. 

Lantas tiga kekalahan beruntun itu--dari Chelsea, Southtampton dan Wolverhampton--terjadi. Tiga kekalahan beruntun di pertarungan domestik membuat sistem Conte segera terlihat mengalami guncangannya. 

Apa yang sedang terjadi dengan sistem bermain yang memiliki track record kampiun di Italia dan Inggris ini? 

Manchester City secara dramatis dipermalukan Tottenham Hotspur |Instagram Tottenham Hotspur via sindonews.com
Manchester City secara dramatis dipermalukan Tottenham Hotspur |Instagram Tottenham Hotspur via sindonews.com

Salah satu alasan yang mengemuka bersumber dari penilaian bahwa kerja transfer Tottenham Hotspurs di bursa transfer Januari tergolong buruk. Manajemen tim berjuluk "The Lilywhites" hanya mendatangkan pemain muda tanpa pengalaman ke liga paling kompetitif di muka bumi. Mereka ditinggal 4 pemain penting dan mendatangkan dua anak muda dari Serie A. 

Terhadap kebijakan tersebut, sebagaimana dicuit oleh akun twitter Fabrizio Romano, Antonio Conte bilang begini. 

"Ini adalah visi dari klub, ya. Jika kau ingin menjadi kompetitif dengan segera, saya pikir kau membutuhkan pemain-pemain dengan pengalaman yang cukup. Tapi (sekali) lagi, visi klub adalah ini. Saya maklum."

Jadi poinnya adalah Tottenham Hotspurs memilih pemain muda yang bisa berkembang ketimbang yang siap pakai. Maka pada fokus seperti inilah kita akan melihat bagaimana sistem Conte bekerja. 

Menariknya jadwal tidak memberi cukup waktu. Conte harus segera menemukan solusi. Maka orang bertanya-tanya, sesudah dua hasil buruk di awal Februari, seperti apa tim ini saat bertemu Man City yang tengah melaju stabil?

Solusi Conte: Soliditas Bertahan dan Serangan Balik Trisula  

Malam barusan, fans Hotspurs menunggu dengan berdebar-debar. Harry Kane, dkk akan bertandang ke stadion Ettihad. Apa yang bakal terjadi lagi? Apakah nasib mereka akan selevel Sporting CP. Klub asal Portugal yang dipermak 5 gol tanpa balas di ajang liga Champions. 

Statistiknya pun jomplang. Man City sedang memuncaki klasmen. Dari 25 pertandingan, mereka berhasil menang 20 kali, 3 kali imbang dan 2 kali kalah. Hasil ini membuat anak asuh Pep Guardiola bercokol mantap penuh percaya diri dengan poin 63. 

Sedang Hotspurs bahkan berada di luar zona 'The Big Four".  

Jika mengacu pada statistik paskapertandingan, kita bisa melihat jika pertandingan ini adalah pertunjukan dominasi Man City; sebagaimana lazim terjadi pada tim-tim asuhan Pep Guardiola yang mengusung tiqui taca. 

Penguasaan bolanya hingga menembus 71%. City bahkan mengkreasi 733 operan berbading 308 milik Hotspurs. Dengan akurasi 688 kali berbanding 242 kali! 

Sedangkan untuk sepakan ke gawang, City melakukan 21 kali percobaan dengan hasil tepat sasaran hanya 4 kali. Adapun Hotspurs cuma bisa bikin 6 kali ujicoba. Positifnya, dari ujicoba yang sedikit itu, mereka lebih efektif dengan 5 kali tepat sasatan (on target).

Statistik yang dominan memang tidak bisa menggambarkan ketegangan yang bekerja di lapangan. Tidak menunjukan dalam 90 menit waktu normal, faktor apa saja yang menjadi daya ubah yang membuat sistem Pep kembali menuai kekalahan.


Saya kira, kita bakal bersepakat jika aspek utama dari kemenangan dramatis itu adalah soliditas dalam bertahan yang khas tim Italia serta mekanisme counter attack sebagai pelengkapnya. 

Memilih sepak bola bertahan selalu menjadi pendekatan dihadapan tim besutan Pep meski tak banyak yang berhasil. Conte tergolong yang sukses, termasuk ketika menukangi Gli Azzurri melawan Spanyol.   

Yang tak kalah pentingnya adalah trisula Harry Kane-Son Heung-min-Kulusevski yang tampil solid dalam kesinambungan bertahan dan menyerang. Selain kecepatan dan kemampuan mengeksploitasi celah yang ditinggalkan barisan belakang.

Seperti gol pertama Hotspurs. 

Gol ini menunjukan kinerja dari serangan balik, kecepatan dan ketajaman mengeksplotasi celah dari trisula ini. Skenarionya berawal dari umpan terobosan Kane yang berhasil di-dribling Son dengan cepat ke kotak 16 melewati sisi kanan pertahanan City. 

Sesudah sedikit gocekan, Son tinggal berhadapan dengan Ederson. Namun ia memilih melepas umpan datar ke Kulu yang dengan sekali sepak, bola menembus jala. Kulu mengeksekusi gol pertamanya ini dengan dingin. 

Gol ini hampir tanpa selebrasi dari anak muda 21 tahun yang baru bikin gol di liga yang berat.

Sementara gol kedua datang dari kejelian Son melihat pergerakan Harry Kane. Umpannya ke dalam kotak 16 berhasil disontek Kane menegaskan kesimpulan jika retakan di dalam agresivitas sistem Pep adalah formasi empat bek yang cenderung terlambat menutup ruang.

Son adalah otak dari dua asis yang penting. Namun Kane lagi-lagi menunjukan kelasnya.  

Saya kira, dalam laga yang sarat adu strategi dua pelatih juara ini, momen paling dramatis adalah ketika kedudukan telah imbang. Dua sama. Sementara waktu pertandingan sudah memasuki injury time. Tinggal menunggu peluit ditiup. 

Sisa waktu adalah masa-masa kritis. Selain fisik yang melelah, konsentrasi juga menurun. Namun anak asuhan Conte yang kini diwarisi jiwa #FinoAllaFine (tak usah mendadak antijuventus, faktanya memang begitu, hihihi) terlihat tetap setia bertarung hingga akhir.  

Maka di menit 94, Kulu yang bergerak dari sisi kiri pertahanan City menerima umpan. Dengan kontrol bola yang lengket, dia kemudian memberi krosing ke tengah kotak 16 belas. Lagi-lagi Kane, yang sebelumnya harus menerima fakta golnya dibatalkan karena offside, menyambar bola dengan kepala. Gool!

2:3 untuk Spurs. Gol yang membuat Conte berlari seperti anjing gila. Sedang Pep memukul tanah sebagai bentuk kekecewaan.

Apa kata Dejan Kulusevski sesudah kemenangan dramatis ini?

"Luar biasa, karena Conte hanya ingin menang dan jika tidak menang, dia tidak bahagia. Kami bekerja sangat keras dan itulah yang kami butuhkan, tidak ada rahasia lain. Anda harus bekerja keras dan mendengarkan pelatih. Jika Anda mendengarkannya, Anda bisa melakukannya dengan baik."

Dan apa yang dikatakan ex-pelatih Inter Milan ini sesudah pertandingan berat yang berhasil dimenangkan?

"Saya senang, terutama kepada para pemain, karena kami menunjukkan komitmen besar, kepercayaan besar dan itu luar biasa setelah penalti dan 2-2, oke, Anda bisa mengatakan kami senang karena 2-2 adalah hasil yang bagus melawan Manchester. City, tapi sebaliknya kami ingin menang."

 Conte juga menambahkan, "Saya pikir apa yang harus kami bawa adalah hasrat ini di setiap momen pertandingan. Kami ingin mendapatkan tiga poin. Saya senang melihat ini dari para pemain saya."

Dengan kata lain, kemenangan terhadap tim selevel Man City yang dominan, agresif dan memuncaki klasmen akan memperkuat kepercayaan diri. Terutama juga percaya pada pendekatan dan kerja keras yang dilakukan sejauh ini. 

Pendek kata, tim ini masih akan membentuk dirinya bersama ide-ide Conte. Hasil ini bukan saja membawa 3 poin. Namun yang paling mendasar adalah menghentikan trend buruknya.

Iya, kan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun