Saya kira, kita bakal bersepakat jika aspek utama dari kemenangan dramatis itu adalah soliditas dalam bertahan yang khas tim Italia serta mekanisme counter attack sebagai pelengkapnya.Â
Memilih sepak bola bertahan selalu menjadi pendekatan dihadapan tim besutan Pep meski tak banyak yang berhasil. Conte tergolong yang sukses, termasuk ketika menukangi Gli Azzurri melawan Spanyol. Â Â
Yang tak kalah pentingnya adalah trisula Harry Kane-Son Heung-min-Kulusevski yang tampil solid dalam kesinambungan bertahan dan menyerang. Selain kecepatan dan kemampuan mengeksploitasi celah yang ditinggalkan barisan belakang.
Seperti gol pertama Hotspurs.Â
Gol ini menunjukan kinerja dari serangan balik, kecepatan dan ketajaman mengeksplotasi celah dari trisula ini. Skenarionya berawal dari umpan terobosan Kane yang berhasil di-dribling Son dengan cepat ke kotak 16 melewati sisi kanan pertahanan City.Â
Sesudah sedikit gocekan, Son tinggal berhadapan dengan Ederson. Namun ia memilih melepas umpan datar ke Kulu yang dengan sekali sepak, bola menembus jala. Kulu mengeksekusi gol pertamanya ini dengan dingin.Â
Gol ini hampir tanpa selebrasi dari anak muda 21 tahun yang baru bikin gol di liga yang berat.
Sementara gol kedua datang dari kejelian Son melihat pergerakan Harry Kane. Umpannya ke dalam kotak 16 berhasil disontek Kane menegaskan kesimpulan jika retakan di dalam agresivitas sistem Pep adalah formasi empat bek yang cenderung terlambat menutup ruang.
Son adalah otak dari dua asis yang penting. Namun Kane lagi-lagi menunjukan kelasnya. Â
Saya kira, dalam laga yang sarat adu strategi dua pelatih juara ini, momen paling dramatis adalah ketika kedudukan telah imbang. Dua sama. Sementara waktu pertandingan sudah memasuki injury time. Tinggal menunggu peluit ditiup.Â