Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

[Cerita Sarapan dari Bitung] Tinutuan Bu Ti yang Merawat Ingatan

12 Januari 2022   11:39 Diperbarui: 16 Januari 2022   22:40 1656
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana meja makan di warung tinutuan Ibu Ti. Seperti sedang dalam perjamuan pekarangan. Asik kan? | Dok.Pribadi

Lalu ada satu keluarga di satu meja untuk empat orang. Kemudian ada dua ibu-ibu ASN berseragam Dishub. Dua orang ibu dengan hijab kekinian. Ketika saya memilih tempat duduk, datang lagi serombongan pekerja perempuan. Pendek kata, tinutuan bu Ti selalu ramai dan dikunjungi bermacam-macam kalangan.

Halaman yang luas dan terbuka memang menawarkan pengalaman sarapan yang nyaman. Ditambah dengan kondisinya yang selalu bersih tertata serta dilengkapi wastafel pencuci tangan. Diperkuat dengan pelayanan yang cepat.

Di tengah kondisi pandemi yang mengkhawatirkan, suasana makan seperti ditawarkan warung ibu Ti adalah kualitas tambahan yang membuat orang tak ragu datang dan kembali.

Lantas, bagaimana dengan tinutuannya? Apa yang membedakannya?

Dari penampakannya, tinutuan ibu Ti tidak memiliki penyajian berbeda. Di banyak tempat di Bitung, Manado, Tomohon, Kotamobagu atau dimana saja di Sulawesi Utara, tinutuan campur akan menyertakan mie. Ada juga yang menambahkan tahu putih rebus, bawang goreng serta suwiran ikan cakalang fufu. 

Selanjutnya disediakan gorengan, seperti perkedel ikan Nike, perkedel tahu, perkedel jagung atau bakwan. Ada juga yang menambahkan tahu isi, seperti di ibu Ti. 

Sedang untuk sambalnya, biasanya disediakan dabu-dabu roa, dabu-dabu terasi dan dabu-dabu biasa (tanpa roa dan terasi). Tapi di ibu Ti hanya tersedia yang jenis pertama. 

Lantas apa yang membuat resep milik ibu Ti berhasil membuat saya mesti menulis kesaksian sarapan? Sementara ini bukan tinutuan pertama yang saya makan walau ada di daftar teratas?

Sebagai penyempurna dari suasana sarapan di pekarangan rumah yang rapi dan bersih, tinutuan yang satu ini berkarakter lembut tapi tak encer. Kombinasi bubur, labu kuning, sayuran dan mi terasa begitu--gimana sih bilangnya?--nempel di ingatan; pokoknya susah untuk diabaikan. 

Rasa pedis dari dabu-dabu roa, dan sebaiknya jangan kebanyakan, membuatnya makin menggigit.

Adapun rasa manis dan kriuk yang timbul dari bakwan (dari irisan halus wortel, kol, dan jagung) menambah rasa yang kuat. Dan yang tak boleh terlupakan adalah acar wortel-timun-nenas yang manis dan segar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun