Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Diary Artikel Utama

Mengenang "Kiwi", Casuarius yang Menemani Masa Kecil di Serui

12 November 2021   12:06 Diperbarui: 12 November 2021   14:55 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Burung Kasuari.| Sumber: Shutterstock/mosista via Kompas.com

Kiwi juga berbagi hobi yang sama dengan saya. 

Manakala sore menjelang, saya suka berlari keliling kompleks kami di gang Surabaya, Tarau, bersamanya. Kiwi bertingkah seperti anjing piaraan saja. Ia akan berlari mengikuti langkah kecil saya sampai ngos-ngosan. 

Atau kami akan bermain di pekarangan yang luasnya tak seberapa. Bekerjaran seperti anak kucing yang menemukan gulungan benang wol, lalu tergulung di dalamnya.

Saya tak ingat, sama tak yakin, tapi rasanya keriangan persahabatan saya dan Kiwi menimbulkan rasa iri kawan-kawan sekomplek. Secara, di masa itu, saya seorang yang memelihara hewan jenis Kiwi. 

Menjelang beberapa bulan, saya tak ingat persis, badan Kiwi makin membesar. Selain bertambah tinggi, kakinya pun semakin kokoh. Dia mulai menambah kegemaran berlarinya dengan menendang apa saja. 

Dia sering sekali berlatih menendang tiang listrik yang tertanam di pekarang. Ting tang ting tang, seperti dua pedang yang bertemu di sebuah latihan kungfu saja. Tentu saja saya tak pernah berani mengajaknya duel kaki seperti kisah di dalam komik Tiger Wong atau Tapak Sakti--bocah 90-an, mana suaranya?

Pernah juga ia menendang anak babi milik tetangga dari Pegunungan Tengah yang kabur ke pekarangan kami. Sebuah tendangan keras yang membuat anak babi itu terlempar, menabrak pagar dan berteriak. Bunyinya keras sekali, kesakitan. 

Sejak saat itu, tak ada lagi anak babi yang berani nongol. Tapi Kiwi tak pernah menendang ayam atau itik apalagi kambing yang serumah dengannya. 

Ada satu peristiwa yang rasanya menjengkelkan namun tak ada yang bisa disalahkan. 

Pada suatu sore, motor tua bapak jenis Suzuki yang baru saja diganti lampu seinnya sedang berdiri gagah. Motor itu juga baru saja dicuci. Biasanya, kalau sudah stanby rapi bersih begini, bapak akan mengajak kami bertiga jalan-jalan. Mengelilingi Serui yang kecil, tenang dan bersahabat. 

Tiba-tiba saja, Kiwi yang baru saya lepas dari kandangnya, berlari kencang, bak buk bak buk. Langkah panjangnya menuju motor bapak. Dengan sekali lompat dan tendangan mengapit, motor itu tumbang. Braak. Kaca spion dan lampu seinnya pecah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun