Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mengontrol Pandemi di Mall" atau Bagaimana Nokia E71 Kembali dengan Kesenyapan?

29 Oktober 2021   10:17 Diperbarui: 29 Oktober 2021   12:20 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mall di Zaman Pandemi | katadata.co.id

Pertama, bahwa teknologi gawai ala Nokia E71 telah menegaskan batas antara zaman lampau dan hari ini. Kedua, sebab saya bukanlah penikmat agen MI6 rekaan Ian Fleming yang terpapar uring-uringan. James Bond mau berakhir, mau direinkarnasi, bodo amatlah!

Karena itu juga, saya memilih ke toko mainan. Bersama anak, saya sedang mengumpulkan seri DC Comics Multiverse Figure. Tapi tak lama, kami bergegas keluar dari mall yang masih jauh dari ramai. 

Sepanjang perjalanan tanpa tujuan, saya memandang E71 yang sesungguhnya masih menampilkan auranya yang ekslusif. Nada dering dan bunyi pesan masuk seolah-olah menghadirkan masa lalu yang sebelumnya terkubur dalam lapisan ingatan.

Waktu itu, salah seorang senior di kampus sedang gagah-gagahnya melakoni peran sebagai legislator. Tak ada yang tak kenal namanya jika bicara perihal politik di Sulawesi Utara. Nyaris sehari-hari saya bersamanya. 

Sebagai legislator yang sering menjadi pusat dari opini media massa, dia "hanya" menggunakan Nokia E 63. Bodinya berwarna merah dengan papan ketik yang sudah memaksimalkan fungsi dua jempol. Melalui perangkat ini, dia berkomunikasi dengan banyak sosok penting saat itu. Lewat layanan Short Message Service (SMS), dia tergolong yang betah mengetik pesan berparagraf. 

Saya? Tentu saja menggunakan jenis yang lebih rendah levelnya. Tapi bukan dari rahim Nokia. 

Hingga, mungkin karena ketertinggalan sudah tak tega, pada suatu kesempatan, saya boleh membeli Nokia seri E yang konon merupakan salah satu produk terbaik mereka. Waktu itu di Jakarta, di Ambassador, dibelikan seorang teman yang sekarang tengah beredar di pusat kekuasaan juga. Dia baru saja ketiban rejeki. 

"Mau pake BB atau yang mana, Ji?"

Tidak. Saya tetap bersikukuh memilih seri E. Terlanjur jatuh cinta dan memendam angan sedemikian lama. Sempat ada keraguan, tapi bukankah Memes pernah berkata, "Seribu ragu yang kian menyerang, tapi diriku terlanjur sayang." 

Saya jelas tak paham zaman sedang bergeser dan dua jenis yang ditawarkan ini ternyata menanggung nasib sebagai yang tersingkirkan. Pernah tercipta, meraja, hilang dan dikenang-kenang. 

Pandemi dan prosedur yang mengatur hilir mudik manusia pusat-pusat konsumeritas bukan saja menciptakan sejenis pengawasan dan kontrol pada kawanan. Digitalisasi memberi dukungan yang membuatnya lebih efisien dalam pengelolaan data. Orang-orang cemas jika cara seperti ini adalah bentuk yang lebih lembut dari jenis "Orwellian State", mengacu pada novel George Orwell, 1984.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun