Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau" dalam Penghayatan Saya

12 Januari 2021   11:44 Diperbarui: 13 Januari 2021   02:00 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah ini bermakna, jika kita bersepakat dengan suasana tragik yang dielaborasi si penyair, Makassar yang malang ditopang oleh pikiran-pikiran akademik? Semacam kolaborasi yang lazim antara mimpi perkotaan, ambisi politik dan pelayanan dari ilmu pengetahuan? Lantas, siapa yang sedang dilayani di sana jika semua ini adalah pertarungan idelogi terhadap kota dan masa depannya?

29. makassar bukan keinginan.
makassar bukan kebutuhan.
makassar adalah yang terpaksa
diterima.

Bagi saya, puisi 62 bait tentang Makassar adalah kritik padat dengan bahasa satire yang kuat. Sebuah kecemasan sekaligus pesan pembelaan terhadap kehidupan urban yang humanis. Agar jangan sampai:

50. setiap malam, sebelum tidur, makassar
berbisik: "aku adalah kesedihan favoritku."

Begitulah Makassar dalam jejak kecemasaan dan kemarahan si penyair. Puisi dengan penghayatan yang kuat akan politik ruang, mimpi-mimpi urban serta kehancuran yang diam-diam mengikuti. Jenis puisi yang selalu ingin saya tiru namun selalu berakhir dengan kegagalan. 

Puisi terakhir, mungkin akan mengingatkan kita pada Aku Ingin milik Mbah Sapardi Djoko Damono. Namun ini dari arah sebaliknya. Jika pada Aku Ingin, ada pengorbanan dan penyerahan diri kepada cinta yang gagah. Pada kumpulan ini, terasa konyol. Atau mungkin jatuh cinta yang menggerakan "momen bagi transisi".

JATUH CINTA
aku selembar kertas
yang terbakar
tetapi aku gegabah
menganggap
diriku api.

Seperti kertas yang rapuh, kamu hanya akan terbakar oleh cinta. Sebagai abu, kamu mestinya tak usah gagah-gagahan. Merasa diri tuan terhadap perasaanmu sendiri. 

Dalam jatuh cinta, tidakkah ego akan dilebur sehingga kamu sejatinya tak perlu malu ketika tertikam rindu dan menderita sesak nafas, kehilangan nafsu makan dan membenci pergi ke dokter? Huhuhu.

***

Inilah sedikit penghayatan saya yang amatir terhadap kumpulan Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau milik salah satu penyair yang saya berusaha tiru gayanya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun