Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau" dalam Penghayatan Saya

12 Januari 2021   11:44 Diperbarui: 13 Januari 2021   02:00 2011
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana dengan puisi-puisi Aan Mansyur? Bagi saya, Aan adalah salah satu yang penting dibaca untuk menemukan puisi yang berjibaku dalam ketegangan yang teknis dan yang filosofis dalam artian di atas. Layaknya peralatan konseptual atau bahasa yang datang dengan mewartakan "idea" dari kebenaran tertentu. 

Kesimpulan ini jelas opsional dan sarat subektifitas saya. Selain kita juga tahu, dalam membuat atau memahami puisi, kita tetap membutuhkan peralatan konseptual tertentu sekalipun sesederhana atau terbatas. Suasana batin barulah pemicunya.

Mari kita masuk kedalam kumpulan puisi yang diabadikan untuk Anna dan anak-anak kami itu.

Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau terbagi dalam 5 bagian dengan total 98 halaman. Setiap bagian tidak berisi jumlah puisi yang sama. Bagian I, misalnya, memuat 11 puisi. 

Sedangkan bagian V hanya memuat 1 puisi berjudul Dan. Demikian juga di bagian III yang memuat Makasar adalah Jawaban. Tetapi, Apa Pertanyaannya? 

Adapun "mengapa luka tidak memaafkan pisau" adalah frasa yang akan kamu temukan dalam puisi Pertanyaan-pertanyaan. Puisi ke-7 di bagian I. 

Puisi-puisi mana saja yang menarik kesan yang kuat di kesadaran saya? Saya menyukai semua puisi yang berjumlah 41 ini. Dari kesemua yang mengambarkan kedalaman permenungan Aan Mansyur memainkan ironi dan tragedi atau romantika, saya hanya ingin mengambil empat puisi saja. Sisanya bisa kamu baca sendiri--maka pergilah ke toko buku. 

PENGAKUAN

aku menulis puisi-puisi cinta
& membayangkan rumah
yang terbuat dari kehangatan
& pertanyaan-pertanyaan
orang-orang memanggilku
penyair seolah-olah aku bukan
aan mansyur.

tetapi di rumah, aku
lebih sering tidak
sanggup mengatakan pikiran
& perasaan dengan baik.
di lidahku, bahasa ibu
adalah bahasa ayah
yang menutupi kebohongan
di hadapan anak-anaknya
dengan kebohongan baru.

tiap kali mengucapkan
aku mencintaimu
kepada istriku, aku
selalu terdengar bagai
sedang mengulurkan
permohonan maaf
yang menyedihkan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun