Yakni kemampuannya mengingat dan mengurutkan silsilah keturunannya. Baik yang berasal dari Opa maupun dari Oma.
Mama selalu mudah memeriksa seseorang jika menyebut nama marganya. Dari sini, mama segera saja memahami orang yang sedang diajaknya adalah saudara jauh dari garis bapak atau mamanya. Atau, orang yang masih memiliki garis dari dengan tetangganya di kampung dulu.
Ada satu pengalaman di mana mama dan bapak tiba di Surabaya. Saat itu tidak ada yang menjemput. Bapak, seorang Jawa yang mestinya bisa memobilisasi bantuan ternyata tidak bisa berbuat banyak.Â
Tiba-tiba saja, mama yang kampung halamannya hampir tak tertulis di peta itu teringat saudara sepupunya yang sudah lama merantau di sini. Ringkas cerita, sepupunya ini yang datang menyelamatkan mereka dari terkatung-katung.Â
Ketika pulang ke Ternate, misalnya. Momen berkumpul dengan keluarga besar adalah juga momen memutakhirkan silsilah keluarga. Mama bukan saja melacak mereka yang masih hidup atau baru saja berpulang. Namun juga mengisi perbendaharaan silsilah baru dengan generasi penerus yang baru lahir atau bergabung dengan keluarga baru.Â
Saya sendiri pernah sekali waktu diajak bapak menyusuri silsilahnya. Baru dua lapisan generasi, sudah kesulitan merunut nama-nama dan garis hubungan.Â
Gawat! Saya adalah produk generasi dengan ingatan pendek. Sebaliknya, sampai detik ini, mama masih fasih merunut silsalah keluarga dan pencabangan besarnya. Apa ini karena saya menolak mencintai matematika?
Mama seperti selalu berpesan, kamu boleh ke mana-mana, ketemu dunia berupa-rupa. Tapi jangan lupakan akarmu, pelajari silsilah. Kamu juga tidak tahu akan berakhir di negeri orang atau kembali ke kampung di mana kamu dilahirkan.
Itu tiga rahasia menjadi perantau bermakna dari seorang perempuan sederhana, penghuni perkampungan pesisir, seorang guru dan perantau yang tidak pernah melupakan akar keberadaannya. Ini hanya sedikit yang saya bisa rekam dan berusaha menerapkannya sepanjang hayat.
Tiga rahasia menjadi perantau yang bermakna dan telah menemani saya mencintai Indonesia yang majemuk. *** Â Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H