Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Extraction", Ketika Kamu Ingin Tembak-tembakan Saja

14 Oktober 2020   09:28 Diperbarui: 14 Oktober 2020   17:14 670
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua, kalau kita bicara dari sudut pandang sang jagoan Tyler Rake (Chris Hemsworth), rasanya juga sama saja. Udah sering terjadi. 

Sang jagoan bukan saja jebolan satuan elite (Special Air Service Regimen/SARS) yang punya riwayat terlibat perang di luar negaranya, Australia. Ia juga adalah ayah yang hidup dengan rasa bersalah. Kehebatannya sebagai elite satuan tempur tidak banyak guna ketika anaknya wafat. Ia mengutuk dirinya.

Kesan "White Washing" dalam film berdurasi 117 menit yang masih saja awet. Dimana seorang kulit putih datang ke Asia dan mati-matian membebaskan seorang anak. Ia mempertaruhkan hidup matinya, menjadi pahlawan yang dikenang. Atau, dalam statusnya sebagai tentara bayaran, sang jagon kita ini justru mengalami "pembaharuan diri". Ia tidak lagi memiliki motif mencari uang, ia ingin menyelamatkan jiwa manusia. 

Sekali berarti, sesudah itu mati. Drama! Jadi, apa yang baru dari relasi dominasi yang seperti itu dalam film bermazhab Hollywood?


Kritik ketiga. Pasukan pemerintah yang terjepit dalam perseteruan gangster ini pun masih juga kehadiran yang sama. Bertarung di kotanya sendiri, mereka tetap saja bulan-bulanan. Layaknya semangka ranum bertemu pisau Ka-Bar, pisau legendaris yang digunakan oleh pasukan Marinir Amerika dan sudah digunakan oleh personel Marinir sejak Perang Dunia ke-2. Tersayat-sayat tanpa daya.

Dalam pertempuran jarak dekat di rumah susun misalnya, mereka terlalu mudah tumbang. Satu-satunya sniper yang merupakan komandan dari satuan elite milik pemerintah pun terlalu lekas dibantai oleh si cantik Nik Khan yang diperankan aktris Iran, Golshifteh Farahani. Aparatur yang diberikan legetimasi menggunakan alat-alat represif ini tampak cuma bisa melakukan sweeping. Terbaca khas negeri ber-flower?

Selanjutnya, film yang berangkat dari novel "Ciudad" ini seperti juga tidak mengambil pusing pada aspek-aspek batiniah dari mereka yang terlibat dalam ketegangan. Ovi Mahajan, anak yang disandera itu sempat dikisahkan hidup dalam kemewahan (ala gangster) yang tertib namun mengasingkan. Ia dilukiskan memiliki sedikit hura-hura remaja, ingin jatuh cinta pada sebaya namun kisahnya hanya selingan.

Ada juga dunia si Saju Rav, orang kepercayaan ayahnya Ovi. Saju adalah mantan satuan elite tempur Para, milik India. Dia memiliki istri yang  cantik khas Bollywood dan seorang bocah lelaki. Saju tidak punya pilihan lain. Memulangkan Ovi atau merelakan keluarganya dimusnahkan si bos. Saju akhirnya mati dan istirinya dikasih wasiat untuk bersembunyi dengan duit pembayaran. 

Saju adalah pelengkap penderita dari kegemilangan Tyler Rake. Padahal, drama dan heroisme yang dibutuhkan film yang memamerkan kekerasan dengan eksesif ini lebih tepat diwakili Saju. Selain seorang ayah yang melindungi keluarganya dari "pertikaian para gajah", dia adalah seorang lokal.

Lalu, bagian dimana yang bikin film ini ditonton jutaan mata itu?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun