Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Deglobalisasi dalam Aksi", Cerita Pandemi dari Kaki Klabat

6 Oktober 2020   22:14 Diperbarui: 20 Juli 2021   08:39 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puncak Gunung Klabat dari Arah Jalan Lingkar Luar/ Dok.pribadi

Dalam kata-kata filsuf nyentrik, Slavoj Zizek, pandemi ini adalah pembalasan terhadap keangkuhan subyektifisme manusia. Kejam tapi impas. Saat bersamaan, seolah saja, nubuat-nubuat Horkheimer perihal "dilema usaha manusia rasional" sedang dibaca dengan aksentuasi yang lebih gigih.

Kutukan Nomad Digital

Mari kita bergeser sejenak dari percakapan di atas dan menyelami situasi ini dalam pengalaman yang-semoga saja-lebih subtil. Yakni, pada keberadaan saya yang mengalami deglobalisasi sebagai bentuk lain dari ketidakinginan menanggung kutukan nomad digital.

Kutukan nomad digital, sebut saja begitu, adalah lingkaran setan dimana manusia (dipaksa) berlimpah informasi, beradu clickbait  setiap hari, merayakan yang trending dan viral, padahal sedang menambang obesitas informasi dan polusi kesadaran. Menderita overthinking berlapis-lapis, memeluk kecemasan berkawan-kawin.

Deglobalisasi membuka kedok yang selama ini tidak tersentuh kegelisahan karena saya yang sering bepergian. Bepergian mencari makan, kawan. Bukan bagian golongan yang bersenang-senang.

Tentulah, kehendak mengurangi kutukan nomad digital bukanlah sesuatu yang mewah. Bukan juga sesuatu yang baru dalam artian tersadari ketika dunia yang berlarian (Runaway World, Anthony Giddens) harus dikunci karena virus yang menyerang imunitas ini berlipat kali lebih kencang larinya.

Ternyata, ada banyak hal yang tidak saya pahami di dunia sekitar. Banyak hal yang serasa ingin berbicara, mengenalkan dirinya. Selama ini mereka terlihat jauh di luar apa saja yang saya mengerti dalam susunan pengetahuan praktis sehari-hari.

Dalam kaitan itu (antara saya dan dunia sekitar yang menyelubungi dirinya), mungkin bisa dikatakan bahwa aturan main baru ala pagebluk Covid-19 ini bukan saja menjadikan protokol kesehatan sebagai nilai sentral dalam pengetahuan praktis manusia abad digital. 

Aturan main pagebluk ini juga telah menyediakan jembatan yang menghubungkan kesadaran dengan interaksi yang lebih hangat pada skala mikro. 

Jenis interaksi sungguh-sungguh yang mungkin lama tergerus oleh perayaan akan kecepatan, kedangkalan dan narsisme produk digitalisme.

Dalam pengalaman saya mengalami deglobalisasi via pandemi, yang dilakoni bukanlah menarik jarak dan permenungan radikal terhadap situasi. Saya tidak memiliki kemewahan untuk laku seperti itu. Saya tidak tinggal bersama ibu yang dengan penuh kasih sayang menyediakan makan malam, seperti ibunya Adam Smith.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun