Tim juga masih dominan dihuni para juara yang memenangkan 8 scudetto berturut-turut. Sedang ini sudah masuk paruh kedua musim. Masih belum ketemu juga "Juventus yang Sarri-ball itu"? Helloooo Tuan Sarri?!
Juventus dengan mentalitas yang bukan pemenang itu, kok awet?
Salah seorang komentator nasional pernah bilang jika di Juventus, Sarri kurang stylist. Gak kayak di Napoli. Atau, kamu boleh bilang jika di musim perdananya ini, ia akan (memilih) bermain lebih pragmatik. Penguasaan bola tetap menjadi intinya dengan umpan-umpan pendek (yang kadang-kadang muter-muter di tengah saja).
Ia memang mewarisi musim yang tidak sederhana dari peninggalan Mister Max Allegri.
Max, yang dicerca kala datang itu, bahkan berhasil melampaui warisan Conte yang meletakan Nyonya Tua ke level "superior" (domestik, sih). Â Max Allegri yang, bagi Opa Lippi, tidak terburu-buru memasukan identitas permainannya ke dalam Juventus.
Maksud saya, jika klub asal Turin yang sudah berusia 123 tahun ini ingin beralih ke gaya menyerang nan indah menghibur-membanggakan-dan-menang-tentu saja, Â sampai kapan memberi kesempatan kepada Sarri? Persisnya, dengan capaian sejauh ini, ukuran apa yang membuat Sarri masih layak di Juventus?
Saya juga tidak tahu. Jelas tidak paham! Dan tidak perlu terkejut juga jika di sosial media, ada banyak pemuja yang segera memasang hastag #SarriOut.Â
Kebanyakan fans tidak ingin tahu apa yang tampak di pertandingan, dari layar kaca pula, hanyalah gambar kecil saja dari usaha-usaha yang tidak selalu terpantau. Andaipun saya membaca berita Juventus setiap detik.
Masalahnya, cinta kami harus dibalas dengan kebanggaan-kebanggaan, bukan patah hati!
Juga sebagai bagian dari masyarakat pemuja Juventus garis pinggiran, Juventus yang indah-menyerang itu adalah proyek yang penting. Namun mungkin Don Capello yang pernah bilang tidak ada yang lebih penting bagi Nyonya Tua selain kemenangan, sedang benar. Sarri tidak cocok di Juventus!