Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengalami "Perjamuan Khong Guan"

3 Februari 2020   10:28 Diperbarui: 21 Februari 2020   09:16 3442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjamuan Khong Guan - Joko Pinurbo | Koleksi Pribadi

Seolah saja, tak ada lagi ruang bagi permenungan diri. 

Lalu, sesudah bagian-bagian yang menunjukan refleksi puitik Jokpin terhadap kehidupan manusia di era serba-online ini, apa yang direnungkannya dalam Perjamuan Khong Guan? Inspirasi puitis apa yang ditemukannya dalam biskuit legendaris ini?

Khong Guan mengisi bab KALENG EMPAT. Kaleng Empat menghimpun 22 puisi.

Sejujurnya, membaca bagian terakhir ini, saya menyangka akan dipenuhi ingatan-ingatan nostalgis. Saya adalah anak zaman yang ditahun 1990an telah menikmati biskuit yang diproduksi sejak tahun 1947 di Singapura ini sebagai salah satu kudapan favorit. Terutama di saat hari raya keagamaan, seperti Lebaran.

Tidak cukup sekadar nostalgis, dalam riwayat Khong Guan yang bercabang-cabang ini, Jokpin juga menunjukan bagaimana nostalgia itu tercabik-cabik oleh kemunculan zaman baru yang tidak lepas dari produksi kehampaan di atas. Saya akan mengambil satu puisi saja.

Misalnya dalam nestapa milik seorang tua di tengah hidup anak cucunya. Manakala kebersamaan hanyalah perkumpulan fisik tanpa percakapan yang tulus dan saling peduli. Tanpa makna.

SIMBAH KHONG GUAN
Simbah muncul di kaleng Khong Guan:
duduk sendirian di meja makan,
mencelupkan biskuit ke dalam teh hangat
dan menyantapnya pelan-pelan.

Anak cucunya sibuk ngeluyur
di jagat maya, tak mau mengerti perasaan
orang tua yang tak lama lagi akan
mengucapkan selamat tinggal, dunia.

Simbah mencelupkan jarinya
ke dalam teh hangat
dan berkata, "Kesepian sosial
bagi simbah-simbah yang merana."

(2019)

SIMBAH KHONG GUAN dengan tajam menampilkan kesepian sosial yang mengendap di dalam jagad maya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun