Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Artikel Utama

"Perempuan Tanah Jahanam", Kau adalah Kesalahan yang Harus Aku Hapus!

18 Oktober 2019   22:38 Diperbarui: 21 Oktober 2019   17:12 3767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kau adalah kesalahan yang harus aku hapus!" - Nyi Misni

Saya baru saja berusaha menemukan kengerian di dalam diri sendiri. Caranya sederhana. Saya pergi menikmati Perempuan Tanah Jahanam yang dijanjikan sutradaranya akan menampilkan "style dan feel" yang beda. 

Apakah saya berhasil menghadapi momen ini? 

Ada warganet yang bilang film terbaru Joko Anwar ini sukses mengelola ketegangan dengan intens. Kamu akan dibekap horornya sepanjang film.

Suara warganet itu tidak salah. Tapi bukan cuma itu. Kali ini tetap ada komedi. Horor dan tragedi. Deskripsinya begini.

Ada orang-orang kecil yang berusaha mengubah nasib dengan berharap masa lalu adalah rahasia yang menimbun harta karun warisan. Seperti Dini dan Rahayu, pada mulanya. Mereka lelah menanggung hidup sebagai penjaga loket karcis dan pedagang pakaian di pasar tradisional.

Ternyata masa lalu yang disangka sumber kekayaan dan sarana pengubah nasib itu hanyalah kutukan yang belum disentuh. 

Kutukan yang selama dua dasawarsa menyandera satu desa dengan kelahiran ganjil anak-anak mereka. Anak-anak yang terlahir dengan tubuh tanpa kulit. Cinta yang mengasuh mereka selama 9 bulan di rahim ibu, seketika berubah menjadi duka lara panjang. 

Makanya, di pekuburan yang dulu merupakan milik keluarga Rahayu, ada banyak sekali nisan dengan tanggal lahir dan wafat yang sama. Ada apa? Mengapa bayi sebagai tumbalnya?


Desa kecil itu, dengan rumah kayu, lantai tanah serta temaram cahaya dari pelita minyak dan kesenian wayang, adalah museum dari rahasia Rahayu.

Rahayu adalah perempuan muda yang menanggung dendam dari cinta segitiga Donowongso, Shinta dan Saptadi. Lalu Nyi Misni, neneknya sendiri yang juga adalah korban dari cinta segitiga dari ayah Donowongso, seorang yang sangat kaya di desa mereka. 

Jadi, antara Saptadi dan Rahayu ada garis darah yang sama: anak dari hubungan terlarang. Keterlarangan yang menjadi asal-usul kutukan yang memangsa satu desa.

Misni tidak pernah ingin ada Rahayu yang merupakan pengulangan kisah Saptadi. Ia mengutuk Rahayu sejak dalam kandungan melalui semacam ritus santet. Tapi Rahayu bisa lolos karena tumbal tiga anak perempuan yang kulitnya dijadikan bahan pembuat wayang oleh Danowongso. Rahayu selamat karena dilarikan ke kota. 

Saptadi yang patuh pada ibunya meyakini betul jika usaha membebaskan warganya dari kutukan adalah dengan menumbalkan Rahayu. Hiiih!

Lantas, menurut engkau, manusia mana yang tetap bisa menjaga kewarasan di tengah pengulangan peristiwa tragis begitu?

Warga desa, dengan jiwa kekerabatan yang kental--dengan kepatuhan-kepatuhan pada kekuatan yang mengekspresikan kharisma mistik yang kuat, dengan kehidupan yang terpencil dan cenderung terisolir dari hiruk pikuk kota-yang masih mungkin mengatasi keadaan tragis seperti itu dengan tetap merawat pikiran-pikiran rasional-sekurangnya menyelidiki kemalangannya adalah kedok dari konspirasi untuk memelihara kuasa tertentu?

Demikianlah Perempuan Tanah Jahanam memberi kita konteks sosio-historis dari horor yang meletakan cinta, dendam dan perempuan di jantung konfliknya.

Lalu, bagaimana arus tragik seperti ini dibalik oleh Rahayu? 

Rahayu yang tampaknya telah ditempa oleh kerasnya hidup jelata di perkotaan tidak mengaktivasi kesadarannya dengan narasi horor yang sama. Sebagaimana Dini, motif mereka hanya ingin menyelamatkan diri dari kemiskinan. 

Lalu ketika horor dari kutukan itu mulai bekerja, memangsa Dini dan memburunya, Rahayu tidak benar-benar sendiri. 

Selalu ada orang yang berusaha waras di tengah kemarahan massa atau lebih persisnya keberserahan di depan nasib malang. Berusaha tidak ikut larut dan membabi buta menyalahkan itu sebagai kutukan. Orang itu Ratih, perempuan terakhir yang memilih tidak membenci Rahayu. 

"Membencimu juga tidak akan membantu memperbaiki banyak hal." Katanya pada suatu malam dimana Rahayu diburu massa yang bertahun-tahun percaya kelahiran anak-anak tanpa kulit hanya akan berakhir jika Rahayu ditumbalkan. Ratih juga menerima nasib jika suaminya harus meregang nyawa karena pergi mencari Rahayu.

Mengumpulkan sisa-sisa keberanian, mereka berbalik melawan narasi gelap ciptaan Nyi Misni, sosok yang paling layak menyandang status Perempuan Tanah Jahaman. Di tubuh Christine Hakim, nenek ini benar-benar tampak misterius, bengis dan memelihara dendam bertahun lama.

Pertolongan berikutnya, selain kewarasan Ratih, datang dari arwah gentayangan tiga bocah yang telah menampakan diri dalam perjalanan Rahayu ke kampung halamannya. 

Lewat satu momen transendensi di saat kondisi kritis, Rahayu dibawa melihat reka ulang peristiwa yang menjadi latar belakang dari rangkaian tragedi. 

Rahayu, Ratih dan tiga arwah bocah perempuan itu berhasil menghentikan kutukan terlahir tanpa kulit. Namun ini baru akhir babak pertama dari horor lanjutan dan nasib tragis Rahayu. 

Nyi Misni yang mengiris leher menyusul Saptadi kini ganti peran sebagai hantu yang memakan janin. Dan Rahayu, yang melarikan diri dengan sebuah pick-up penuh sayuran mungkin juga tengah gila sesudah menjumpai riwayat sesungguhnya dari masa lalu keluarganya.

Demikian Perempuan Tanah Jahanam disudahi.

***

"Ini film yang sudah saya siapkan sejak 10 tahun lalu yang waktu itu sudah hampir selesai. Dulu mau ngerjain tahun 2009 tapi takut karena film ini butuh level teknik dan estetika yang halus banget pegangannya." - Joko Anwar 

Saya tidak lagi memiliki banyak kata untuk mengomentari film yang membuat saya hampir tidak memperhatikan apa yang sedang terjadi di sebelah kanan atau kiri. 

Satu-satunya yang jelas, selain saya yang disedot ke dalam ketegangan, di dalam ruang bioskop XXI yang hampir penuh itu terdengar suara orang banyak yang bergidik. Menahan ngeri, cemas dan takut. Beberapa bahkan sampai harus berteriak, "Lari, lari!" seolah sedang bersama-sama Rahayu.

Saya kira, ketegangan seperti itu bukan karena perempuan yang mendendam bisa sebegitu jahatnya karena penokohan seperti ini bukan hal baru di film horor nasional. 

Bukan karena anak-anak yang menanggung derita dari kesalahan-kesalahan orang dewasa boleh menjadi bahaya dari kematiannya, karena ini juga sudah perkara yang sering ditampilkan.

Tapi, ya karena, visual yang dihadirkan berhasil menciptakan suasana mencekam yang intens. Hal mana disempurnakan dengan perwatakan maksimal Tara Basro, Marissa Anita, Christine Hakim, Ario Bayu, juga Asmara Abigail. Termasuk mereka yang menjalani peran sebagai orang-orang desa Harjosari. Kombinasi ini merawat kengerian yang memaksa saya menjadi patung selama 106 menit.

Jadi, apakah karena "Kau adalah kesalahan yang harus aku hapus?" maka Perempuan Tanah Jahanam telah sukses menghadirkan pikiran ke dalam horor bermutu?

Saya sih, Yes!

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun