Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Berlari, "Healthism" dan Cerita Seorang Amatir

31 Desember 2018   13:09 Diperbarui: 6 Mei 2019   11:09 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tugu Perdamaian Sampit | Dok. Pribadi

Tampak Belakang agar tak terlihat ngos-ngosan, coi..| Dok.Pribadi
Tampak Belakang agar tak terlihat ngos-ngosan, coi..| Dok.Pribadi

Saya akhirnya, sejauh ini, dalam konsistensi yang megap-megap, boleh melampaui (kutukan) tubuh kota. Bahwa di dalam tambun tubuh, tersimpan dosis tertentu leyeh-leyeh melulu.

Selama beberapa kali dalam 31 hari saya bersikeras berlari di batas konstan 4 km dengan pace yang turun naik. Dalam beberapa kali ini, saya juga mengubah rute. Misalnya hari Senin, saya berlari dari MT Haryono, melewati jalan Pemuda, terus ke arah Gatot Subroto, melewati simpang empat Gramedia Exhibition, lantas tiba di taman kota, bergerak ke arah tugu Jelawat dan kembali ke MT. Haryono melewati jalan Ahmad Yani.

Atau berlari ke rute awal, menuju Tugu Perdamaian Sampit dari MT. Haryono, kemudian berputar di jogging track-nya sampai menunjuk angka 4 km, berhenti, lantas foto-foto lah. Sekali waktu saya mencoba dari MT Haryono, menuju simpang empat KFC ke arah Kapten Mulyono, kemudian berbelok melalui jalan Pelita, Antasari, menuju tugu Jelawat yang ikonik itu. 

Eh, kamu bisa membayangkan suasana dan jalan-jalan yang saya sebutkan itu? Kamu pernah ketemu ikan Jelawat? Pernah naik kelotok menyusuri sungai dan ketika ketemu gelombang karena pasang air laut, tiba-tiba saja kau merasa tidak pantas memiliki nenek moyang orang pelaut? 

Pernah tahu Sampit dimana? Atau jangan-jangan, bahkan dimana Kalimantan Tengah juga ragu-ragu? Tenang, ini bukan Haiti.

Apapun itu, saya telah memenuhi kehendak sederhana seorang pemula. Memulai berlari dan berjuang untuk mencapai jarak tempuh tertentu. Dalam bahasa yang sloganistik, Jika tak empat kilo, tak lari namanya! Kira-kira begitu...Ferguso. 

Tugu Ikan Jelawat, Kota Sampit | Dok.Pribadi
Tugu Ikan Jelawat, Kota Sampit | Dok.Pribadi
Tubuh (Udik) dan Healthism
Becoming a healthy subject is a central topic in modern society as health has become a marker of status - Amanda De Graaf (dalam Becoming a Healthy Subject: Discourses of Healthism, Gender and Self-governance in Two Health Magazines)

Menjadi subyek yang sehat tidaklah tiba seketika. Tidak berjalan alamiah. Selalu ada konstruksi ideologi atas tubuh yang menyimpan bukan saja idealitas namun juga seperangkat nilai ke arah sana. Di dalamnya, yang medis, yang sosiologis bahkan yang politis dan ekonomis terlibat. 

Kita bisa mengambil misal pada gaya hidup sehat pada kelas menengah yang berkelindan dengan judul besar gaya hidup perkotaan. Apalagi jika dilabeli dengan atribut "metroseksualitas", gaya hidup sehat dan kelas menengah bukan lagi perkara kultur, ekonomi. Dia bahkan telah merembes kepada percakapan tentang (provokasi) seksisme.

Saya memiliki seorang teman dengan ideologi tubuh sehat yang seperti ini. Saat itu zaman kuliah, tak ada yang bekerja sampingan. Semua kebutuhan menunggu uluran tangan dari rumah. Tetapi dia seorang sudah berani membentuk tubuh dengan diet cukup ketat bersama konsumsi protein yang memakan biaya tidak sedikit. Sedang saya masih sering menjumpai supermi beserta subsidi abon ikan dari kamar sebelah yang baru saja menerima kiriman awal bulan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun