Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

"Hotel Artemis", Perempuan dalam Krisis Kapitalisme

5 November 2018   23:03 Diperbarui: 5 November 2018   23:12 1732
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film Hotel Artemis (2018) | ComingSoon.net

The Wolf King sedang terluka dan malam itu juga akan dibawa ke Artemis. Dialah pasien di daftar urut paling penting. Ya, dia juga adalah pemilik Artemis.

Sampai sejauh ini, Drew Pearce (sutradara sekaligus penulis naskahnya) sukses membuat saya terpaku pada sosok Jean-tentu saja karena ditopang kualitas akting Jodie Foster yang  dua kali meraih piala Oscar ini. Melihatnya sebagai perempuan, perawat sepuh dengan peran pemulih di tengah kerusuhan karena penguasaan barang publik oleh korporasi.

Saya menyangka, dalam kerusuhan skala massif karena "Water Wars"-kondisi global yang pernah diperingatkan oleh Vandhana Shiva-dengan peran pemulihan hidup terhadap kriminal. Kriminal yang memainkan peran layaknya Robin Hood di tahun 2028 itu.

Karena itu juga, Jean Thomas adalah Artemis yang merawat tubuh terluka dari satu sudut yang tidak pernah dianggap ada (menjaga kelahiran dalam arti yang luas). Semacam simpul tersembunyi yang menjaga kestabilan perlawanan kriminal kelas berat terhadap kekuasaan korporasi. Dengan kata lain, film berdurasi pendek ini (sekitar 94 menit saja) adalah kisah pemberontakan ekstra-legal melawan kapitalisme. Atau, katakanlah film ini sedang membicarakan kehadiran anarkisme jenis "Direct Action" terhadap imperium Digital Capitalism.

Anarkisme yang menganut jalan serangan langsung ke inti pengaturnya: pembinasaan para pemilik modal. Tak ada dialog apalagi kompromi. Dunia hanya bisa diselamatkan oleh kematian para pengendali moda produksi ini.

Tapi Pearce tidak bermaksud se-ideologis begini. Pelukisan krisis yang dikesankan sejak awal film malah terlihat serupa dunia yang terpisah. 

Hotel Artemis memang memberi latar besar bahwa ledakan kekerasan berakar dalam sistem yang eksploitatif, yang merawat dehumanisasi dan ketimpangan akses sumberdaya ekonomi. Dengan maksud lain, menggambarkan bahwasanya kegagalan sebuah sistem menangani krisis mudah bermutasi menjadi panggung bagi "legalisasi kekerasan".

Namun, di film debutan ini, Pearce pada dasarnya lebih berfokus pada usaha Jane Thomas membebaskan diri dari ingatan tragiknya. Lebih sebagai usaha seorang ibu yang berjuang memaafkan masa lalunya lantas mengabdikan diri pada kemanfaatan kemanusiaan yang lebih besar.

Hal mana tercermin dari pertemuan antara Jean dengan seorang polisi perempuan yang cedera karena benturan dengan para perusuh dan dialognya dengan si Wolf King. Polisi tersebut adalah sahabat masa kecil anaknya. Jean membawa polisi ke dalam Artemis-tindakan yang melawan aturan-dan menyembuhkannya.

Dari pertemuan ini, Jean tahu jika dia tak boleh lagi mengalami kehilangan kedua dari masa lalunya.

Sedang dari dialognya dengan Wolf King, Jean baru tahu jika anaknya tidak mati karena overdosis. Anaknya mati oleh telunjuk si Wolf, yang dikenal gemar menghabisi manusia dengan membuangnya ke samudera. Jean baru menyadari jika selama 22 tahun ini, ia melarikan rasa bersalahnya dengan melayani sang pembunuh. Ia ternyata bertahan hidup dari membangun kesepakatan dengan iblis.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun