Dengan kata lain, kontestasi politik telah berada dalam kendali permainan segelintir orang atau kelompok. Di saat bersamaan, yang mengisi kedaulatan rakyat--dan karena itu juga memiliki potensi "kontra-posisi"--terhadap syahwat segelintir orang/kelompok terlihat sedang mengalami mati daya.
Maksudnya, ketika perebutan segelintir orang itu mengalami bentuk bipolar, kedaulatan rakyat yang mestinya mengambil fungsi "kontra-posisi" ikut terfragmentasi di dalamnya (?). Seperti tidak akan menemukan sejenis "Chains of Equivalent" dalam politik gerakan sosial yang melampaui situasi bipolar dengan menemukan alasan perjuangan bersama yang sesungguhnya. Dalam pada itu, ada kapasitas merumuskan alternatif terhadap sistem dominan.
Bisa jadi, kekosongan dalam pembangunan elemen-elemen kontra-posisi yang menjaga kedaualatan rakyat berdiri di luar manipulasi politik elit adalah kombinasi yang sempurna dari kegagalan subyek dalam menghadapi kekurangan diri atau kekosongan yang intens. Mungkin saja, inilah kondisi patologis-struktural dari gairah sinisme yang berkembang kolektif.
Singkat kata, mengapa sinisme begitu merajalela dalam politik yang bipolar?Â
Karena kita menghadapi gerombolan subyek yang gagal menikmati kekosongan bersamaan dengan kehidupan politik yang terlanjur dikendalikan urat nadinya oleh perseteruan elit.
Inilah kombinasi pelahiran sinisme yang paling mengerikan. Menurutku, siih.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H