Mohon tunggu...
S Aji
S Aji Mohon Tunggu... Lainnya - Story Collector

- dalam ringkas ingatan, tulisan tumbuh mengabadikan -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kitab "Fragmen", Puisi dan Sedikit Catatan

30 Agustus 2018   10:08 Diperbarui: 4 September 2018   14:45 789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: CounselingRx

Seperti juga dunia privat saya, yang berdiri di antara segala yang tak terpahami, terlalu cepat kupelajari dan terlampau lambat dimengerti. Di saya, ia sekaligus rongga yang belum menemukan bahasanya sendiri. Ada perasaan belum pantas untuk membahasakannya. Bahkan terhadap seluruh catatan ini, saya masih sangsi jika telah tepat memahami apa yang dimaksud dengan puisi.

Lantas, apakah kita yang jenis jelata alas kaki tak bisa berbahasa puisi?

Tidak perlu khawatir, bukan semata dikarenakan bunyi tidak pernah memiliki definisi yang ketat dan "otoritatif". Lebih penting dari itu, bunyi dalam puisi adalah semesta pergumulan privat, dunia yang jauh dari bahasa orang ramai,  bukanlah monopoli para penyair. 

Kita semua memiliki yang privat, entah dalam wujud kesedihan dan trauma, atau keheningan dari yang bahagia. Atau kesaksian-kesaksian kebertuhanan yang "ditolak bahasa resmi orang beragama".    

Mungkin seperti bayi belajar mengucap ibu dan ayah dengan terbata-bata, kita perlu waspada menjadi orang dewasa yang rutin. 

***

Sumber bacaan

Fragmen, Sajak-sajak Baru. Goenawan Mohamad. Gramedia: 2016.

(Dimuat ulang di sini untuk kepentingan pengarsipan)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun